Perbankan diharapkan mengerem penyaluran kredit sektor konsumsi, tetapi disarankan memperbesar penyaluran KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Seringkali antara pemerintah dan BI berlainan kebijakan. Contohnya, pada saat ini dimana ekonomi tertekan oleh tingginya inflasi, BI meminta dunia perbankan untuk mengerem penyaluran kredit, sedangkan Pemerintah justru menyarankan bank untuk memperbesar Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menurut David Sumual, ekonom PT BCA Tbk, situasi ekonomi domesitik saat ini mirip dengan situasi ekonomi pada tahun 2005, dimana terdapat kesamaan dimana pada tahun tersebut pemerintah juga menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada saat itu tingkat inflasi lumayan tinggi karena kenaikan harga minyak, dan industri perbankan mampu mencetak pertumbuhan kredit sampai dnegan 22,7%. Namun, pertumbuhan kredit tersebut ternyata diikuti oleh kenaikan kredit macet dari 5,75% menjadi 8,3% di penghujung tahun 2005. Dengan demikian diharapkan kejadian di tahun 2005 tidak terulang lagi di tahun 2008.
Presiden Direktur PT Bank Mega Tbk, Yungky Setiawan menyatakan, bahwa perbankan harus hati-hati dalam menyalurkan kredit, terutama untuk kredit konsumsi. Karena, pada saat harga bahan bakar minyak naik, otomatis membuat barang-barang lain juga harganya ikut melambung. Hal ini berdampak pada menurunnnya daya beli masyarakat. Nah, pada situasi inilah debitur akan mengalami kesulitan dalam mengembalikan uang yang di pinjamnya, apalagi utang untuk kegiatan konsumsi.
Namun demikian, ternyata di luar sektor konsumsi, sektor lain cukup manarik untuk digarap oleh dunia pebankan, misalnya sektor pertanian. Hal ini dikarenakan harga komuditas pertanian yang lumayan tinggi di pasar internasional, seperti karet dan kelapa sawit. Harga komuditas yang baik akan membuat petani meningkatkan kinerja produksi, sehingga di sini bank dapat ikut berperan dalam tambahan pendanaan.
Sedangkan untukKredit Usaha Rakyat (KUR), bank mentargetkan dalam tahun 2008 ini dapat menyalurkan kredit sebesar Rp 8 triliun. Namun pemerintah memasang target Rp 14 triliun. Pemerintah mengharapkan bank tidak ragu-ragu dalam mengucurkan KUR, karena kredit tersebut juga sudah mendapat penjaminan dari lembaga penjaminan kredit seperti PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).
Sampai saat ini, KUR telah tersalur mencapai sekitar Rp 6,1 triliun. Kredit Usaha Rakyat tersebut disalurkan kepada sekitar 500.000 pegusaha mikro. Program KUR tersbut diresmikan oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan November tahun 2007. Fasilitas pinjaman ini dikhususkan untuk pengusaha kecil yang usahanya layak untuk dibantu, tetapi tidak mempunyai jaminan.
Selain itu, KUR juga didukung oleh lembaga penjamin kredit seperti Askrindo dan Perusahaan Umum Sarana Pembinaan Usaha (SPU). Dengan demikian, resiko terjadinya kredit macet yang akan ditanggung perbankan akan berkurang. Saat ini, bank yang menjadi penyalur KUR antara lain: PT BRI Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT BNI Tbk, PT BUkopin Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).
Sumber Referensi: Koran Kontan. Artikel original pada sumber ditulis oleh: Arthur Gideon dan Kurnia Arofah.
Menurut David Sumual, ekonom PT BCA Tbk, situasi ekonomi domesitik saat ini mirip dengan situasi ekonomi pada tahun 2005, dimana terdapat kesamaan dimana pada tahun tersebut pemerintah juga menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada saat itu tingkat inflasi lumayan tinggi karena kenaikan harga minyak, dan industri perbankan mampu mencetak pertumbuhan kredit sampai dnegan 22,7%. Namun, pertumbuhan kredit tersebut ternyata diikuti oleh kenaikan kredit macet dari 5,75% menjadi 8,3% di penghujung tahun 2005. Dengan demikian diharapkan kejadian di tahun 2005 tidak terulang lagi di tahun 2008.
Presiden Direktur PT Bank Mega Tbk, Yungky Setiawan menyatakan, bahwa perbankan harus hati-hati dalam menyalurkan kredit, terutama untuk kredit konsumsi. Karena, pada saat harga bahan bakar minyak naik, otomatis membuat barang-barang lain juga harganya ikut melambung. Hal ini berdampak pada menurunnnya daya beli masyarakat. Nah, pada situasi inilah debitur akan mengalami kesulitan dalam mengembalikan uang yang di pinjamnya, apalagi utang untuk kegiatan konsumsi.
Namun demikian, ternyata di luar sektor konsumsi, sektor lain cukup manarik untuk digarap oleh dunia pebankan, misalnya sektor pertanian. Hal ini dikarenakan harga komuditas pertanian yang lumayan tinggi di pasar internasional, seperti karet dan kelapa sawit. Harga komuditas yang baik akan membuat petani meningkatkan kinerja produksi, sehingga di sini bank dapat ikut berperan dalam tambahan pendanaan.
Sedangkan untukKredit Usaha Rakyat (KUR), bank mentargetkan dalam tahun 2008 ini dapat menyalurkan kredit sebesar Rp 8 triliun. Namun pemerintah memasang target Rp 14 triliun. Pemerintah mengharapkan bank tidak ragu-ragu dalam mengucurkan KUR, karena kredit tersebut juga sudah mendapat penjaminan dari lembaga penjaminan kredit seperti PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).
Sampai saat ini, KUR telah tersalur mencapai sekitar Rp 6,1 triliun. Kredit Usaha Rakyat tersebut disalurkan kepada sekitar 500.000 pegusaha mikro. Program KUR tersbut diresmikan oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan November tahun 2007. Fasilitas pinjaman ini dikhususkan untuk pengusaha kecil yang usahanya layak untuk dibantu, tetapi tidak mempunyai jaminan.
Selain itu, KUR juga didukung oleh lembaga penjamin kredit seperti Askrindo dan Perusahaan Umum Sarana Pembinaan Usaha (SPU). Dengan demikian, resiko terjadinya kredit macet yang akan ditanggung perbankan akan berkurang. Saat ini, bank yang menjadi penyalur KUR antara lain: PT BRI Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT BNI Tbk, PT BUkopin Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).
Sumber Referensi: Koran Kontan. Artikel original pada sumber ditulis oleh: Arthur Gideon dan Kurnia Arofah.
0 Response to "Perbankan diharapkan mengerem penyaluran kredit sektor konsumsi, tetapi disarankan memperbesar penyaluran KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)"
Posting Komentar