Perbedaan Pendapat Alfred Marshall Dengan Irving Fisher Mengenai Permintaan Uang
Teori klasik merupakan teori tentang permintaan dan penawaran terhadap uang, beserta interaksi antara keduanya.
Teori ini memfokuskan masalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga.
Hubungan dua variabel dijabarkan melalui konsepsi teori mereka tentang permintaan akan uang. Nilai uang ditentukan dari perubahan akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang.
Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Arti Monetarisme
Definisi yang dikemukakan oleh Alfred Marshall dalam bukunya yang berjudul Principles of Economics (1890) ialah “Economics or Political Economics is a study of mankind in the ordinary business of life: Examines that part of individual and social action which is mostly associated with pattainment and with the use of the matrial requirement of well being. Tekanan utama pada definisi tersebut ialah pada kesejahteraan (walfare).
Teori ini seperti teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal pokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means of 25 exchange).
Oleh karena itu, kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat dilihat oleh teori-teori klasik sebagai kebutuhan akan alat tukar yang liquid hanya untuk tujuan transaksi.
Perbedaan mendasar antara teori tersebut dengan Fisher terletak pada tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge yaitu perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan yang salah satunya berbentuk uang.
Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Penekanan teori Cambridge lebih kepada faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya.
Teoritisi Cambridge mengemukakan bahwa permintaan akan uang tidak hanya dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), tapi dipengaruhi pula oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan atau harapan dari masyarakat tentang masa mendatang.
Jadi, teoritisi Cambridge menganggap bahwa dalam jangka pendek, jumlah kekayaan, volume transaksi dan pendapatan nasional memiliki hubungan yang proporsional-konstan satu dengan lainnya.
Teori Cambridge menganggap bahwa ceteris paribus permintaan akan uang bersifat proporsional dengan tingkat pendapatan nasional.
Bila kita membandingkan teori yang dikemukakan Alfred Marshall dengan Irving Fisher didapat kesimpulan sebagai berikut:
- Alfred Marshall memasukkan unsur pendapatan nasional dalam merumuskan teori nilai uang, sedangkan pendapat Irving Fisher dan juga kedua ahli lainnya (David Ricardo dan DH Robertson) mengaitkan nilai uang dengan harga barang.
- Irving Fisher memaparkan teori nilai uang yang disebut Transaction Velocity Theory, melengkapi teori dari David Ricardo yang tidak memperhatikan faktor kecepatan perputaran uang. Fisher berpendapat bahwa kecepatan uang beredar serta kecepatan perputaran barang dan jasa merupakan faktor yang sangat penting dalam pengukuran nilai uang.
Sumber:
http://stimbedua.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-pendapat-alfred-marshall-dan.html
Teori ini memfokuskan masalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga.
Hubungan dua variabel dijabarkan melalui konsepsi teori mereka tentang permintaan akan uang. Nilai uang ditentukan dari perubahan akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang.
Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Arti Monetarisme
Definisi yang dikemukakan oleh Alfred Marshall dalam bukunya yang berjudul Principles of Economics (1890) ialah “Economics or Political Economics is a study of mankind in the ordinary business of life: Examines that part of individual and social action which is mostly associated with pattainment and with the use of the matrial requirement of well being. Tekanan utama pada definisi tersebut ialah pada kesejahteraan (walfare).
Teori ini seperti teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal pokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means of 25 exchange).
Oleh karena itu, kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat dilihat oleh teori-teori klasik sebagai kebutuhan akan alat tukar yang liquid hanya untuk tujuan transaksi.
Perbedaan mendasar antara teori tersebut dengan Fisher terletak pada tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge yaitu perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan yang salah satunya berbentuk uang.
Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Penekanan teori Cambridge lebih kepada faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya.
Teoritisi Cambridge mengemukakan bahwa permintaan akan uang tidak hanya dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), tapi dipengaruhi pula oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan atau harapan dari masyarakat tentang masa mendatang.
Jadi, teoritisi Cambridge menganggap bahwa dalam jangka pendek, jumlah kekayaan, volume transaksi dan pendapatan nasional memiliki hubungan yang proporsional-konstan satu dengan lainnya.
Teori Cambridge menganggap bahwa ceteris paribus permintaan akan uang bersifat proporsional dengan tingkat pendapatan nasional.
Bila kita membandingkan teori yang dikemukakan Alfred Marshall dengan Irving Fisher didapat kesimpulan sebagai berikut:
- Alfred Marshall memasukkan unsur pendapatan nasional dalam merumuskan teori nilai uang, sedangkan pendapat Irving Fisher dan juga kedua ahli lainnya (David Ricardo dan DH Robertson) mengaitkan nilai uang dengan harga barang.
- Irving Fisher memaparkan teori nilai uang yang disebut Transaction Velocity Theory, melengkapi teori dari David Ricardo yang tidak memperhatikan faktor kecepatan perputaran uang. Fisher berpendapat bahwa kecepatan uang beredar serta kecepatan perputaran barang dan jasa merupakan faktor yang sangat penting dalam pengukuran nilai uang.
Sumber:
http://stimbedua.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-pendapat-alfred-marshall-dan.html
0 Response to "Perbedaan Pendapat Alfred Marshall Dengan Irving Fisher Mengenai Permintaan Uang"
Posting Komentar