17 Faktor yang Berpengaruh Buruk pada Perkembangan Janin Selama Kehamilan
Masa ibu mengandung merupakan tahap yang penting dalam pembentukan kecerdasan dan kepribadian bayi. Pembentukan kecerdasan anak selama berada dalam kandungan juga nantinya akan berpengaruh pada kepribadian anak ketika lahir.
Oleh sebab itu, penting kiranya untuk kita ketahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi selama dalam masa kandungan sehingga anak akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Simak ulasannya berikut ini!
Baca juga: 5 Alat Teknologi yang Akan Membantu Ibu Selama Masa Kehamilan
1. Faktor Usia Sang Ayah
Ditunjukkan oleh studi yang dilakukan oleh University of Queensland, bahwa seorang anak yang lahir dari ayah berusia 40 tahun atau lebih tua memiliki keterkaitan dengan risiko bayi lahir autisme dan sindrom yang menyebabkan kelainan pada wajah dan tengkorak.
Selain itu, dari tes tersebut juga ditemukan bahwa anak cenderung memiliki kecerdasan yang buruk, kurangnya daya konsentrasi, memori, penalaran, dan keterampilan membaca yang buruk.
2. Faktor Usia Sang Ibu
Pada studi yang sama tentang autisme juga ditemukan bahwa usia ibu juga berkaitan dengan risiko kelahiran autisme. Studi menyebutkan setiap kenaikan 5 tahun usia ibu, terjadi peningkatan risiko memiliki anak autis sebesar 18%.
3. Profesi Ayah
Disebutkan oleh studi yang dilakukan University of North Carolina, bahwa bidang profesi ayah juga memiliki kaitan dengan risiko buruknya kecerdasan bayi.
Dari hipotesis tersebut, kelompok bidang profesi yang memiliki risiko tinggi biasanya ialah mereka yang pekerjaannya sering bersinggungan dengan bahan kimia berbahaya.
4. Kelahiran Bayi Prematur
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, Dr. Bryan Williams mengungkapkan bahwa bayi yang lahir pada usia kandungan kurang dari 37 minggu memiliki nilai membaca dan nilai matematika lebih rendah secara signifikan bila dibandingkan dengan anak yang lahir pada usia kandungan 37-41 minggu.
Hal yang perlu diingat ialah bayi yang lahir pada usia kandungan 36 minggu memiliki ukuran otak 2/3 dari bayi yang lahir cukup bulan. Perkembangan otak mereka masih berada dalam kondisi defisit.
5. Asupan Nutrisi
Janin yang selama masa kandungan kekurangan asupan nutrisi seperti kalsium, zat besi, yodium, dan vitamin lainnya akan berisiko mengalami ketidakmampuan belajar, keterlambatan dalam perkembangan bahasa, masalah perilaku, tertundanya perkembangan motorik keterampilan, dan IQ yang rendah.
Yodium dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon tiroid yang sangat penting untuk perkembangan otak. Sedangkan zat besi merupakan nutrisi yang sangat diperlukan dalam produksi sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh termasuk otak, sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan otak dan tubuh bayi.
6. Kurangnya Asam Folat
Asam folat banyak ditemukan dalam sayuran berdaun hijau, brokoli, kacang-kacangan, buah jeruk dan hati. Kurangnya asam folat dalam tubuh akan menyebabkan tabung saraf bayi tidak mampu menutup dengan baik.
Tabung saraf merupakan jaringan yang berperan dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang.
7. Asupan Vitamin D
Menurut studi yang dilakukan Telethon Institute for Child Health Research dan dipublikasikan di Pediatrics, bayi yang lahir dari ibu yang kekurangan asupan vitamin D selama masa kehamilan memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan yang buruk dan penyakit asma.
Selain itu, anak-anak juga akan berisiko dua kali lebih tinggi untuk memiliki masalah keterampilan bahasa yang buruk saat menginjak usia sekolah.
8. Konsumsi Obat
Disarankan untuk wanita hamil tidak minum obat apapun selama trimester pertama kehamilan. Obat umum seperti Aspirin yang memiliki kemampuan untuk menghentikan penggumpalan darah sangat tidak disarankan karena dapat mengakibatkan pendarahan di otak janin.
9. Kondisi Stres
Sebuah studi menunjukkan bahwa peningkatan hormon stres kortisol dapa meningkatkan risiko kerusakan otak bawaan pada bayi.
Stres yang dimaksud di sini bukan stres yang disebabkan oleh kecemasan biasa kehidupan sehari-hari, tetapi lebih kepada stres yang lebih berat seperti shock emosional.
10. Kondisi Depresi Selama Kehamilan
Kondisi mental sang ibu dapat mempengaruhi janin yang masih dalam kondisi sangat sensitif. Penelitian yang dilakukan oleh University of California mengungkapkan bahwa ibu yang bebas dari kondisi depresi, pada sebelum, selama, dan setelah melahirkan akan memberi pengaruh terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
11. Kurang Terkena Sinar Matahari
Ditemukan pada studi yang dilakukan oleh Universitas Nasional Australia bahwa ibu hamil yang kurang terkena sinar matahari selama 3 bulan awal kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan kondisi multiple sclerosis di kemudian hari.
Vitamin D yang dihasilkan tubuh dari sinar matahari sangat penting untuk perkembangan sistem saraf pusat janin.
12. Kebiasaan Merokok
Nikotin yang dihasilkan dari asap rokok dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah dan nutrisi dalam plasenta.
Berdasarkan penelitian, paparan nikotin pada ibu hamil akan mengganggu perkembangan sel-sel otak janin yang penting bagi perkembangan kognitif normal sehingga anak berisiko memiliki masalah kejiwaan dalam pertumbuhannya.
13. Konsumsi Alkohol
Zat alkohol dalam tubuh dapat melewati plasenta dan akan meracuni janin. Bagi ibu hamil sangat tidak disarankan mengkonsumsi alkohol karena efeknya akan sangat berat diterima oleh janin.
Akibat yang mungkin diderita ialah anak akan memiliki IQ yang rendah, miskin keterampilan kognitif, kemampuan memori yang lemah, defisit perhatian, perilaku impulsive, miskin penalaran sebab-akibat, dan cacat fungsi motorik.
14. Paparan Polusi Udara
Studi terbaru menunjukkan bahwa ibu hamil yang sering terpapar polusi dari asap kendaraan bermotor, dan asap pabrik, akan meningkatkan risiko melahirkan bayi autis dua hingga tiga kali lebih tinggi dari mereka yang tidak terpapar.
15. Penggunaan Narkoba
Seperti kita ketahui, Narkoba merupakan zat yang sangat buruk bagi kesehatan. Apalagi bagi ibu hamil, penggunaan zat berbahaya ini akan meningkatkan risiko anak dengan IQ rendah, gangguan perilaku dan masalah emosional, gangguan memori, hingga kerusakan atau cacat pada otak.
16. Kontaminasi Pestisida
Disarankan bagi ibu hamil agar mencuci buah dan sayuran dengan benar sebelum mengkonsumsinya. Pasalnya, menurut penelitian disebutkan bahwa paparan pestisida dari jenis organofosfat yang umumnya digunakan untuk tanaman pangan dapat mengakibatkan seorang anak lahir dengan kecerdasan yang lebih rendah.
17. Toksoplasmosis
Bagi ibu hamil, toksoplasma mungkin hanya menghasilkan gejala yang ringan. Akan tetapi dapat memberi efek buruk bagi janin, seperti menimbulkan keterbelakangan mental, epilepsi, kebutaan atau gangguan pendengaran dan mental.
Toksoplasmosis biasanya menginfeksi wanita hamil melalui kotoran kucing atau makan daging dan telur yang dimasak dengan benar.
Sumber:
http://www.tipscaramanfaat.com/yang-harus-dihindari-oleh-ibu-hamil-agar-otak-bayi-cerdas-1765.html
Oleh sebab itu, penting kiranya untuk kita ketahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi selama dalam masa kandungan sehingga anak akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Simak ulasannya berikut ini!
Baca juga: 5 Alat Teknologi yang Akan Membantu Ibu Selama Masa Kehamilan
1. Faktor Usia Sang Ayah
Ditunjukkan oleh studi yang dilakukan oleh University of Queensland, bahwa seorang anak yang lahir dari ayah berusia 40 tahun atau lebih tua memiliki keterkaitan dengan risiko bayi lahir autisme dan sindrom yang menyebabkan kelainan pada wajah dan tengkorak.
Selain itu, dari tes tersebut juga ditemukan bahwa anak cenderung memiliki kecerdasan yang buruk, kurangnya daya konsentrasi, memori, penalaran, dan keterampilan membaca yang buruk.
2. Faktor Usia Sang Ibu
Pada studi yang sama tentang autisme juga ditemukan bahwa usia ibu juga berkaitan dengan risiko kelahiran autisme. Studi menyebutkan setiap kenaikan 5 tahun usia ibu, terjadi peningkatan risiko memiliki anak autis sebesar 18%.
3. Profesi Ayah
Disebutkan oleh studi yang dilakukan University of North Carolina, bahwa bidang profesi ayah juga memiliki kaitan dengan risiko buruknya kecerdasan bayi.
Dari hipotesis tersebut, kelompok bidang profesi yang memiliki risiko tinggi biasanya ialah mereka yang pekerjaannya sering bersinggungan dengan bahan kimia berbahaya.
4. Kelahiran Bayi Prematur
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, Dr. Bryan Williams mengungkapkan bahwa bayi yang lahir pada usia kandungan kurang dari 37 minggu memiliki nilai membaca dan nilai matematika lebih rendah secara signifikan bila dibandingkan dengan anak yang lahir pada usia kandungan 37-41 minggu.
Hal yang perlu diingat ialah bayi yang lahir pada usia kandungan 36 minggu memiliki ukuran otak 2/3 dari bayi yang lahir cukup bulan. Perkembangan otak mereka masih berada dalam kondisi defisit.
5. Asupan Nutrisi
Janin yang selama masa kandungan kekurangan asupan nutrisi seperti kalsium, zat besi, yodium, dan vitamin lainnya akan berisiko mengalami ketidakmampuan belajar, keterlambatan dalam perkembangan bahasa, masalah perilaku, tertundanya perkembangan motorik keterampilan, dan IQ yang rendah.
Yodium dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon tiroid yang sangat penting untuk perkembangan otak. Sedangkan zat besi merupakan nutrisi yang sangat diperlukan dalam produksi sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh termasuk otak, sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan otak dan tubuh bayi.
6. Kurangnya Asam Folat
Asam folat banyak ditemukan dalam sayuran berdaun hijau, brokoli, kacang-kacangan, buah jeruk dan hati. Kurangnya asam folat dalam tubuh akan menyebabkan tabung saraf bayi tidak mampu menutup dengan baik.
Tabung saraf merupakan jaringan yang berperan dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang.
7. Asupan Vitamin D
Menurut studi yang dilakukan Telethon Institute for Child Health Research dan dipublikasikan di Pediatrics, bayi yang lahir dari ibu yang kekurangan asupan vitamin D selama masa kehamilan memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan yang buruk dan penyakit asma.
Selain itu, anak-anak juga akan berisiko dua kali lebih tinggi untuk memiliki masalah keterampilan bahasa yang buruk saat menginjak usia sekolah.
8. Konsumsi Obat
Disarankan untuk wanita hamil tidak minum obat apapun selama trimester pertama kehamilan. Obat umum seperti Aspirin yang memiliki kemampuan untuk menghentikan penggumpalan darah sangat tidak disarankan karena dapat mengakibatkan pendarahan di otak janin.
9. Kondisi Stres
Sebuah studi menunjukkan bahwa peningkatan hormon stres kortisol dapa meningkatkan risiko kerusakan otak bawaan pada bayi.
Stres yang dimaksud di sini bukan stres yang disebabkan oleh kecemasan biasa kehidupan sehari-hari, tetapi lebih kepada stres yang lebih berat seperti shock emosional.
10. Kondisi Depresi Selama Kehamilan
Kondisi mental sang ibu dapat mempengaruhi janin yang masih dalam kondisi sangat sensitif. Penelitian yang dilakukan oleh University of California mengungkapkan bahwa ibu yang bebas dari kondisi depresi, pada sebelum, selama, dan setelah melahirkan akan memberi pengaruh terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
11. Kurang Terkena Sinar Matahari
Ditemukan pada studi yang dilakukan oleh Universitas Nasional Australia bahwa ibu hamil yang kurang terkena sinar matahari selama 3 bulan awal kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan kondisi multiple sclerosis di kemudian hari.
Vitamin D yang dihasilkan tubuh dari sinar matahari sangat penting untuk perkembangan sistem saraf pusat janin.
12. Kebiasaan Merokok
Nikotin yang dihasilkan dari asap rokok dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah dan nutrisi dalam plasenta.
Berdasarkan penelitian, paparan nikotin pada ibu hamil akan mengganggu perkembangan sel-sel otak janin yang penting bagi perkembangan kognitif normal sehingga anak berisiko memiliki masalah kejiwaan dalam pertumbuhannya.
13. Konsumsi Alkohol
Zat alkohol dalam tubuh dapat melewati plasenta dan akan meracuni janin. Bagi ibu hamil sangat tidak disarankan mengkonsumsi alkohol karena efeknya akan sangat berat diterima oleh janin.
Akibat yang mungkin diderita ialah anak akan memiliki IQ yang rendah, miskin keterampilan kognitif, kemampuan memori yang lemah, defisit perhatian, perilaku impulsive, miskin penalaran sebab-akibat, dan cacat fungsi motorik.
14. Paparan Polusi Udara
Studi terbaru menunjukkan bahwa ibu hamil yang sering terpapar polusi dari asap kendaraan bermotor, dan asap pabrik, akan meningkatkan risiko melahirkan bayi autis dua hingga tiga kali lebih tinggi dari mereka yang tidak terpapar.
15. Penggunaan Narkoba
Seperti kita ketahui, Narkoba merupakan zat yang sangat buruk bagi kesehatan. Apalagi bagi ibu hamil, penggunaan zat berbahaya ini akan meningkatkan risiko anak dengan IQ rendah, gangguan perilaku dan masalah emosional, gangguan memori, hingga kerusakan atau cacat pada otak.
16. Kontaminasi Pestisida
Disarankan bagi ibu hamil agar mencuci buah dan sayuran dengan benar sebelum mengkonsumsinya. Pasalnya, menurut penelitian disebutkan bahwa paparan pestisida dari jenis organofosfat yang umumnya digunakan untuk tanaman pangan dapat mengakibatkan seorang anak lahir dengan kecerdasan yang lebih rendah.
17. Toksoplasmosis
Bagi ibu hamil, toksoplasma mungkin hanya menghasilkan gejala yang ringan. Akan tetapi dapat memberi efek buruk bagi janin, seperti menimbulkan keterbelakangan mental, epilepsi, kebutaan atau gangguan pendengaran dan mental.
Toksoplasmosis biasanya menginfeksi wanita hamil melalui kotoran kucing atau makan daging dan telur yang dimasak dengan benar.
Sumber:
http://www.tipscaramanfaat.com/yang-harus-dihindari-oleh-ibu-hamil-agar-otak-bayi-cerdas-1765.html
0 Response to "17 Faktor yang Berpengaruh Buruk pada Perkembangan Janin Selama Kehamilan"
Posting Komentar