3 Alasan Utama Facebook dan Twitter Mulai Ditinggalkan Anak Muda
Mengejutkan, pada 2011 yang lalu 11 juta remaja angkat kaki dari Facebook. Saat itulah masa di mana Facebook mulai didominasi kalangan dewasa hingga tua atau mereka yang berusia di atas 30 tahun.
Sementara Instagram mulai menjadi rumah baru mereka, anak muda yang berusia di bawah 29 tahun. Alasannya, Instagram lebih memudahkan mereka untuk berbagi konten visual tanpa harus disertai teks panjang-lebar.
Baca juga: 8 Trik Penting Smartphone Android Yang Perlu Anda Ketahui
Hanya sedikit orang yang menggunakan Instagram sebagai ruang untuk membahas kisruh politik, kampanye politik, atau menuangkan pikiran-pikiran yang terlalu ‘njelimet’.
Instagram lebih memberikan ruang untuk penggunanya memajang foto atau video traveling, hobi, maupun kegiatan sehari-hari anak muda yang bebas berekspresi dan berkreativitas.
Namun, belakangan platform ini pun mulai dimasuki oleh kalangan orang tua dan disesaki iklan. Instagram mulai terusik identitas “kemudaannya”.
Meski begitu, Instagram memang tidak secara cepat ditinggalkan oleh para pengguna. Tidak sedikit anak mudah yang masih betah menjajal platform ini.
Makin hari, kian banyak pelaku usaha yang turut melakukan pemasaran menggunakan media Instagram untuk pengembangan bisnisnya.
Penurunan penetrasi yang tajam justru terjadi pada pengguna Twitter di Indonesia. Dalam 2 tahun belakangan, pengguna Twitter di Indonesia mengalami penurunan sebesar 10% hingga tinggal sepertiga dari total pengguna internet.
Pergeseran Kebutuhan Media Sosial di Kalangan Anak Muda
Berdasarkan analisa yang dilakukan Profesor Felicity Duncan dari Cabrini College, Amerika Serikat, kecenderungan anak muda saat ini lebih aktif di media sosial yang mengandalkan penyebaran konten secara pribadi, misalnya Facebook Messenger atau Snapchat, ketimbang penyebaran konten yang bersifat massal.
Analisa ini disadarinya ketika mengamati kebiasaan mahasiswa di kampusnya. Saat menunggu kelas, mereka lebih sering menggunakan smartphone untuk mengecek berita terbaru dari teman-teman melalui Snapchat Stories, chatting di Messenger, atau melihat berita di group chatting pada layanan lainnnya.
Mereka baru mengecek Instagram, Facebook, dan Twitter ketika memiliki waktu lebih senggang untuk mengetahui posting terbaru dari merek-merek produk yang diminati.
Pada intinya, telah terjadi pergeseran kebutuhan media sosial di kalangan remaja. Pilihan mereka lebih ke intimasi, ketimbang penyiaran massal.
Pada Agustus 2015, Pew Research mempublikasikan laporannya, bahwa 49% pengguna smartphone dengan range usia 18 – 29 tahun lebih aktif menggunakan aplikasi chatting seperti WhatsApp, iMessage, Messenger, atau Line.
Sedangkan 41% lainnya memilih aplikasi yang dapat menghapus konten secara otomatis, seperti Snapchat. Sementara sekitar 20% saja yang masih setia menggunakan Linkedin dan Instagram.
Persentase paling banyak sebenarnya masih dimiliki Facebook. Hampir 82% remaja mengaku masih menggunakan Facebook, walau tak seaktif “dulu”.
Dari 82% remaja yang mengaku pengguna Facebook, sekitar 70% mengatakan jarang menjajal Facebook melalui aplikasi mobile, namun lebih sering menggunakan PC atau laptop.
Alasan Remaja Mulai Meninggalkan Facebook dan Twitter
Menurut diskusi dan pengamatan yang dilakukan Duncan terhadap 80 mahasiswa AS, ada 3 hal yang menjadi alasan utama mereka mulai meninggalkan Facebook dan Twitter, antara lain:
1. Bernuansa Tua
Facebook dan Twitter dianggap bernuasa tua karena mulai didominasi oleh pengguna internet berusia di atas 30 tahun.
Kadang kala anak-anak muda pengguna Facebook dan Twitter merasa canggung saat orangtua mereka, paman, bibi, dan anggota keluarga lain meminta berteman di Facebook. Muncul perasaan malu, kikuk, dan sulit untuk berekspresi.
2. Konten Lama Masih Tetap Ada dan Abadi
Masih ingatkah postingan yang membuat Anda malu pada 5 atau 7 tahun yang lalu di Facebook dan Twitter?
Ya, konten tersebut akan tetap ada dalam waktu lama dan menghantui Anda selama tidak dihapus sendiri.
Mungkin foto-foto Anda di masa lalu dianggap keren ‘pada masanya’. Namun di masa sekarang, konten tersebut bisa saja malah memalukan.
Sayangnya, sudah terlalu banyak foto yang telah Anda upload dan di-tag ke akun Anda, perlu waktu untuk menghapus atau menyembunyikannya satu persatu.
Sedangkan di Snapchat, banyak anak muda yang sengaja berbagi hal-hal konyol untuk dijadikan bahan candaan.
Mereka tak perlu repot menghapusnya satu persatu, karena konten akan hilang secara otomatis dalam 24 jam.
3. Hanya Untuk Pencitraan Semata
Sekarang ini banyak perusahaan yang melihat profil media sosial seseorang ketika menerima lamaran kerja. Alasan ini pula yang membuat para remaja tetap mempertahankan akun Facebook atau Twitter mereka.
Media sosial dijadikan sebagai ‘topeng’ untuk pencitraan mereka, digunakan hanya untuk berbagi hal-hal yang bersifat umum dan jarang sekali memperbarui sesuatu yang bersifat personal.
Ekspresi yang sebenarnya sudah tak lagi ditunjukkan melalui Facebook dan Twitter. Mereka lebih banyak menyalurkannya melalui Scapchat ataupun layanan-layanan lainnya.
Dari ketiga alasan utama di atas, didasari pula oleh fenomena pergeseran media sosial yang cenderung menjadi media jejaring bagi pengiklan dan orang-orang dewasa.
Strategi khusus tentu harus dimiliki oleh pengiklan yang berencana menarget anak muda. Bila masih menggunakan strategi lama yang hanya mengandalkan Facebook dan Twitter, sebaiknya pembenahan dalam strategi pemasaran media sosial segera dilakukan oleh para pelaku usaha.
Sedangkan para orangtua juga sudah tidak lagi dapat memantau aktivitas anaknya di dunia maya melalui Facebook dan Twitter saja karena kedua platform tersebut hanyalah sebagai ‘topeng’ bukan lagi ‘isi’ diri anak yang sebenarnya.
Sumber:
http://ads.id/forums/showthread.php/234529-Anak-Muda-Tinggalkan-Facebook-dan-Twitter-Kenapa
Sementara Instagram mulai menjadi rumah baru mereka, anak muda yang berusia di bawah 29 tahun. Alasannya, Instagram lebih memudahkan mereka untuk berbagi konten visual tanpa harus disertai teks panjang-lebar.
Baca juga: 8 Trik Penting Smartphone Android Yang Perlu Anda Ketahui
Hanya sedikit orang yang menggunakan Instagram sebagai ruang untuk membahas kisruh politik, kampanye politik, atau menuangkan pikiran-pikiran yang terlalu ‘njelimet’.
Instagram lebih memberikan ruang untuk penggunanya memajang foto atau video traveling, hobi, maupun kegiatan sehari-hari anak muda yang bebas berekspresi dan berkreativitas.
Namun, belakangan platform ini pun mulai dimasuki oleh kalangan orang tua dan disesaki iklan. Instagram mulai terusik identitas “kemudaannya”.
Meski begitu, Instagram memang tidak secara cepat ditinggalkan oleh para pengguna. Tidak sedikit anak mudah yang masih betah menjajal platform ini.
Makin hari, kian banyak pelaku usaha yang turut melakukan pemasaran menggunakan media Instagram untuk pengembangan bisnisnya.
Penurunan penetrasi yang tajam justru terjadi pada pengguna Twitter di Indonesia. Dalam 2 tahun belakangan, pengguna Twitter di Indonesia mengalami penurunan sebesar 10% hingga tinggal sepertiga dari total pengguna internet.
Pergeseran Kebutuhan Media Sosial di Kalangan Anak Muda
Berdasarkan analisa yang dilakukan Profesor Felicity Duncan dari Cabrini College, Amerika Serikat, kecenderungan anak muda saat ini lebih aktif di media sosial yang mengandalkan penyebaran konten secara pribadi, misalnya Facebook Messenger atau Snapchat, ketimbang penyebaran konten yang bersifat massal.
Analisa ini disadarinya ketika mengamati kebiasaan mahasiswa di kampusnya. Saat menunggu kelas, mereka lebih sering menggunakan smartphone untuk mengecek berita terbaru dari teman-teman melalui Snapchat Stories, chatting di Messenger, atau melihat berita di group chatting pada layanan lainnnya.
Mereka baru mengecek Instagram, Facebook, dan Twitter ketika memiliki waktu lebih senggang untuk mengetahui posting terbaru dari merek-merek produk yang diminati.
Pada intinya, telah terjadi pergeseran kebutuhan media sosial di kalangan remaja. Pilihan mereka lebih ke intimasi, ketimbang penyiaran massal.
Pada Agustus 2015, Pew Research mempublikasikan laporannya, bahwa 49% pengguna smartphone dengan range usia 18 – 29 tahun lebih aktif menggunakan aplikasi chatting seperti WhatsApp, iMessage, Messenger, atau Line.
Sedangkan 41% lainnya memilih aplikasi yang dapat menghapus konten secara otomatis, seperti Snapchat. Sementara sekitar 20% saja yang masih setia menggunakan Linkedin dan Instagram.
Persentase paling banyak sebenarnya masih dimiliki Facebook. Hampir 82% remaja mengaku masih menggunakan Facebook, walau tak seaktif “dulu”.
Dari 82% remaja yang mengaku pengguna Facebook, sekitar 70% mengatakan jarang menjajal Facebook melalui aplikasi mobile, namun lebih sering menggunakan PC atau laptop.
Alasan Remaja Mulai Meninggalkan Facebook dan Twitter
Menurut diskusi dan pengamatan yang dilakukan Duncan terhadap 80 mahasiswa AS, ada 3 hal yang menjadi alasan utama mereka mulai meninggalkan Facebook dan Twitter, antara lain:
1. Bernuansa Tua
Facebook dan Twitter dianggap bernuasa tua karena mulai didominasi oleh pengguna internet berusia di atas 30 tahun.
Kadang kala anak-anak muda pengguna Facebook dan Twitter merasa canggung saat orangtua mereka, paman, bibi, dan anggota keluarga lain meminta berteman di Facebook. Muncul perasaan malu, kikuk, dan sulit untuk berekspresi.
2. Konten Lama Masih Tetap Ada dan Abadi
Masih ingatkah postingan yang membuat Anda malu pada 5 atau 7 tahun yang lalu di Facebook dan Twitter?
Ya, konten tersebut akan tetap ada dalam waktu lama dan menghantui Anda selama tidak dihapus sendiri.
Mungkin foto-foto Anda di masa lalu dianggap keren ‘pada masanya’. Namun di masa sekarang, konten tersebut bisa saja malah memalukan.
Sayangnya, sudah terlalu banyak foto yang telah Anda upload dan di-tag ke akun Anda, perlu waktu untuk menghapus atau menyembunyikannya satu persatu.
Sedangkan di Snapchat, banyak anak muda yang sengaja berbagi hal-hal konyol untuk dijadikan bahan candaan.
Mereka tak perlu repot menghapusnya satu persatu, karena konten akan hilang secara otomatis dalam 24 jam.
3. Hanya Untuk Pencitraan Semata
Sekarang ini banyak perusahaan yang melihat profil media sosial seseorang ketika menerima lamaran kerja. Alasan ini pula yang membuat para remaja tetap mempertahankan akun Facebook atau Twitter mereka.
Media sosial dijadikan sebagai ‘topeng’ untuk pencitraan mereka, digunakan hanya untuk berbagi hal-hal yang bersifat umum dan jarang sekali memperbarui sesuatu yang bersifat personal.
Ekspresi yang sebenarnya sudah tak lagi ditunjukkan melalui Facebook dan Twitter. Mereka lebih banyak menyalurkannya melalui Scapchat ataupun layanan-layanan lainnya.
Dari ketiga alasan utama di atas, didasari pula oleh fenomena pergeseran media sosial yang cenderung menjadi media jejaring bagi pengiklan dan orang-orang dewasa.
Strategi khusus tentu harus dimiliki oleh pengiklan yang berencana menarget anak muda. Bila masih menggunakan strategi lama yang hanya mengandalkan Facebook dan Twitter, sebaiknya pembenahan dalam strategi pemasaran media sosial segera dilakukan oleh para pelaku usaha.
Sedangkan para orangtua juga sudah tidak lagi dapat memantau aktivitas anaknya di dunia maya melalui Facebook dan Twitter saja karena kedua platform tersebut hanyalah sebagai ‘topeng’ bukan lagi ‘isi’ diri anak yang sebenarnya.
Sumber:
http://ads.id/forums/showthread.php/234529-Anak-Muda-Tinggalkan-Facebook-dan-Twitter-Kenapa
0 Response to "3 Alasan Utama Facebook dan Twitter Mulai Ditinggalkan Anak Muda"
Posting Komentar