Tahapan-tahapan Dalam Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi. Terdapat beberapa definisi manajemen risiko dalam literatur yang ada, antara lain:
- Manajemen Risiko adalah proses formal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, diukur, dan dicari.
- Manajemen Risiko adalah metode penanganan sistematis formal dimana konsentrasinya terletak pada identifikasi dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
- Manajemen Risiko adalah seni dan pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor-faktor risiko sepanjang periode tertentu.
Baca juga: Teknik Analisis Risiko: Definisi dan Macam-macam Risiko
Terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan manajemen risiko. Salah satunya yang dikemukakan oleh Al Bahar dan Crandall (1990), tahapan tersebut yaitu identifikasi dan analisa risiko, respon manajemen, serta administrasi sistem.
Dari ketiga tahapan tersebut akan kami jelaskan pada uraian berikut ini:
Identifikasi dan Analisa Risiko
Identifikasi risiko adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis dan terus-menerus bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan.
Proses identifikasi risiko bisa dikatakan menjadi yang terpenting, sebab dari proses awal inilah semua risiko yang ada atau mungkin terjadi pada suatu proyek dapat diketahui secara jelas.
Proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, agar tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.
Beberapa teknik identifikasi risiko yang bisa dilakukan antara lain:
- Brainstorming.
- Questionnaire.
- Industry Benchmarking.
- Scenario analysis.
- Risk assessment workshop.
- Incident investigation.
- Auditing.
- Inspection.
- Checklist.
- HAZOP (Hazard and Operability Studies).
1. Cara Pelaksanaan Identifikasi Risiko
Adapin cara-cara dalam pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah proyek antara lain:
a. Membuat daftar bisnis yang berpotensi menimbulkan kerugian.
b. Membuat checklist kerugian potensial. Dalam checklist tersebut memuat daftar kerugian dan peringkat kerugian yang terjadi.
c. Membuat klasifikasi kerugian, yang terdiri dari kerugian atas kekayaan (property), kerugian atas hutang-piutang, dan kerugian atas personil perusahaan.
2. Kategori Dalam Identifikasi Risiko
Dalam mengidentifikasi risiko, Al Bahar dan Crandall (1990) membaginya jadi beberapa kategori, yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Risiko Finansial dan Ekonomi. Termasuk dalam kategori ini misalnya fluktuasi tingkat inflasi dan suku bunga, perubahan nilai tukar, kenaikan upah pekerja, dan sebagainya.
- Politik dan Lingkungan. Termasuk dalam kategori ini misalnya perubahan dalam hukum dan peraturan pemerintah, perubahan politik, perang, embargo, bencana alam, dan sebagainya.
- Konstruksi. Termasuk dalam kategori ini misalnya kecelakaan kerja, pencurian, perubahan desain, dan sebagainya.
Setelah identifikasi dilakukan, hal berikutnya yang diperlukan adalah suatu tindak lanjut untuk menganalisa risiko-risiko tersebut.
Menurut Al Bahar dan Cradall (1990) hal yang dibutuhkan untuk menganalisa berbagai risiko yang ada adalah dengan menentukan signifikansi atau dampak dari risiko melalui suatu analisa probabilitas, setelah itu barulan memasuki tahapan respon manajemen.
3. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah sebuah proses yang menggabungkan ketidakpastian dalam bentuk quantitatif dengan menggunakan teori probabilitas untuk mengevaluasi dampak potensial suatu risiko.
Pengumpulan data-data yang relevan terhadap risiko yang akan dianalisa merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada langkah pertama.
Data tersebut bisa didapat dari data historis perusahaan atau dari pengalaman proyek pada periode-periode sebelumnya.
Bila semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, berikutnya dilakukan proses evaluasi dampak dari sebuah risiko.
Proses evaluasi dampak risiko dilakukan dengan mengkombinasikan antara probabilitas dan dampak atau konsekuensi dari terjadinya sebuah risiko.
Respon Manajemen dan Perencanaan Strategi Penanganan Risiko
Setelah semua risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, manajer akan mulai memformulasikan strategi penanggulangan risiko yangtepat.
Strategi tersebut akan mengacu pada sifat dan dampak potensial atau konsekuensi dari risiko itu sendiri. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kendali terhadap risiko dan memindahkan sebanyak mungkin dampak potensial risiko yang akan terjadi.
Adapun 5 strategi alternatif dalam menangani risiko antara lain sebagai berikut:
1. Menghindari Risiko
Menghindari risiko merupakan strategi yang umum digunakan dan sangat penting untuk menangani risiko. Dengan menghindari risiko, manajer dapat mencegah perusahaannya dari mengalami kerugian akibat risiko yang telah dianalisa sebelumnya.
Namun, di sisi lain perusahaan juga akan kehilangan beberapa peluang untuk mendapatkan keuntungan yang mungkin bisa diperoleh dari asumsi risiko tersebut.
2. Mencegah Risiko dan Meminimalisir Kerugian
Strategi ini menitikberatkan pada mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, dan mengurangi dampak finansial dari risiko apabila risiko tersebut benar-benar terjadi.
3. Merentensi Risiko
Retensi risiko juga merupakan aspek penting dari manajemen risiko. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik sebagian maupun secara utuh dari dampak finansial suatu risiko yang kemungkinan akan dihadapi oleh perusahaan.
Terdapat 2 jenis strategi dalam retensi risiko, antara lain sebagai berikut:
- Retensi risiko terencana, ialah asumsi yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh manajer untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Risiko akan dapat ditahan dengan berbagai cara, sesuai kebutuhan, dan kapabilitas finansial dari perusahaan itu sendiri.
- Retensi risiko tidak terencana, biasanya terjadi saat manajer tidak mengenali atau mengidentifikasi keberadaan dari suatu risiko, namun secara tidak sadar tetap dapat mengasumsi kerugian yang akan muncul.
4. Mentransfer Risiko
Pada hakikatnya, transfer risiko dapat dilakukan dengan cara negosiasi, kapanpun saat manajer menjalani perencanaan baik kontraktual maupun permanen dengan berbagai pihak.
Transfer risiko berbeda dengan asuransi, biasanya dilakukan melalui syarat atau pasal-pasal dalam suatu perjanjian atau kontrak.
Karakteristik esensial dari transfer risiko ialah ketika risiko tersebut benar-benar terjadi, maka dampak dari terjadinya dapat ditanggung bersama, atau ditanggung secara utuh oleh salah satu pihak.
5. Asuransi
Di masa sekarang, asuransi telah menjadi bagian penting dalam program manajemen risiko, baik untuk digunakan secara pribadi maupun untuk sebuah organisasi.
Pada dasarnya, asuransi memang termasuk dalam strategi transfer risiko, dimana pihak asuransi setuju untuk menerima beban finansial yang muncul dari adanya kerugian terhadap risiko yang akan atau telah terjadi.
Asuransi dapat didefinisikan sebagai kontrak persetujuan antara 2 pihak yang terkait, yaitu insured (pengasuransi) dan insurer (pihak asuransi).
Dengan adanya persetujuan tersebut, pihak asuransi setuju untuk mengganti kerugian yang terjadi atau sesuai yang tercantum pada kontrak. Dengan ini, pihak pengasuransi (insured) memberikan balasan berupa sejumlah premi yang dibayarkan setiap periodenya.
Administrasi Sistem
Tahapan terakhir dari program manajemen risiko adalah administrasi sistem. Manajer harus menggunakan kemampuan manajerialnya untuk mengkoordinasi, mengorganisasi, mengarahkan, memotivasi, memfasilitasi, organisasi menuju rencana penanganan risiko yang rasional dan terintegrasi.
Menurut William, Smith, Young (1995), ada 5 hal manajerial penting yang dihadapi oleh seorang manajer risiko, antara lain:
-Tantangan untuk merancang prosedur dan kebijakan manajemen risiko.
- Pengkomunikasian risiko secara organisasi dan juga personal.
- Manajemen kontrak dan kontrak portofolio.
- Pengawasan klaim.
- Proses mengkaji ulang, memonitor, dan mengevaluasi program manajemen risiko.
Sumber:
http://googleartikel.blogspot.co.id/2011/04/bab-i-pendahuluan-1.html
- Manajemen Risiko adalah proses formal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, diukur, dan dicari.
- Manajemen Risiko adalah metode penanganan sistematis formal dimana konsentrasinya terletak pada identifikasi dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
- Manajemen Risiko adalah seni dan pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor-faktor risiko sepanjang periode tertentu.
Baca juga: Teknik Analisis Risiko: Definisi dan Macam-macam Risiko
Terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan manajemen risiko. Salah satunya yang dikemukakan oleh Al Bahar dan Crandall (1990), tahapan tersebut yaitu identifikasi dan analisa risiko, respon manajemen, serta administrasi sistem.
Dari ketiga tahapan tersebut akan kami jelaskan pada uraian berikut ini:
Identifikasi dan Analisa Risiko
Identifikasi risiko adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis dan terus-menerus bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan.
Proses identifikasi risiko bisa dikatakan menjadi yang terpenting, sebab dari proses awal inilah semua risiko yang ada atau mungkin terjadi pada suatu proyek dapat diketahui secara jelas.
Proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, agar tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.
Beberapa teknik identifikasi risiko yang bisa dilakukan antara lain:
- Brainstorming.
- Questionnaire.
- Industry Benchmarking.
- Scenario analysis.
- Risk assessment workshop.
- Incident investigation.
- Auditing.
- Inspection.
- Checklist.
- HAZOP (Hazard and Operability Studies).
1. Cara Pelaksanaan Identifikasi Risiko
Adapin cara-cara dalam pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah proyek antara lain:
a. Membuat daftar bisnis yang berpotensi menimbulkan kerugian.
b. Membuat checklist kerugian potensial. Dalam checklist tersebut memuat daftar kerugian dan peringkat kerugian yang terjadi.
c. Membuat klasifikasi kerugian, yang terdiri dari kerugian atas kekayaan (property), kerugian atas hutang-piutang, dan kerugian atas personil perusahaan.
2. Kategori Dalam Identifikasi Risiko
Dalam mengidentifikasi risiko, Al Bahar dan Crandall (1990) membaginya jadi beberapa kategori, yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Risiko Finansial dan Ekonomi. Termasuk dalam kategori ini misalnya fluktuasi tingkat inflasi dan suku bunga, perubahan nilai tukar, kenaikan upah pekerja, dan sebagainya.
- Politik dan Lingkungan. Termasuk dalam kategori ini misalnya perubahan dalam hukum dan peraturan pemerintah, perubahan politik, perang, embargo, bencana alam, dan sebagainya.
- Konstruksi. Termasuk dalam kategori ini misalnya kecelakaan kerja, pencurian, perubahan desain, dan sebagainya.
Setelah identifikasi dilakukan, hal berikutnya yang diperlukan adalah suatu tindak lanjut untuk menganalisa risiko-risiko tersebut.
Menurut Al Bahar dan Cradall (1990) hal yang dibutuhkan untuk menganalisa berbagai risiko yang ada adalah dengan menentukan signifikansi atau dampak dari risiko melalui suatu analisa probabilitas, setelah itu barulan memasuki tahapan respon manajemen.
3. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah sebuah proses yang menggabungkan ketidakpastian dalam bentuk quantitatif dengan menggunakan teori probabilitas untuk mengevaluasi dampak potensial suatu risiko.
Pengumpulan data-data yang relevan terhadap risiko yang akan dianalisa merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada langkah pertama.
Data tersebut bisa didapat dari data historis perusahaan atau dari pengalaman proyek pada periode-periode sebelumnya.
Bila semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, berikutnya dilakukan proses evaluasi dampak dari sebuah risiko.
Proses evaluasi dampak risiko dilakukan dengan mengkombinasikan antara probabilitas dan dampak atau konsekuensi dari terjadinya sebuah risiko.
Respon Manajemen dan Perencanaan Strategi Penanganan Risiko
Setelah semua risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, manajer akan mulai memformulasikan strategi penanggulangan risiko yangtepat.
Strategi tersebut akan mengacu pada sifat dan dampak potensial atau konsekuensi dari risiko itu sendiri. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kendali terhadap risiko dan memindahkan sebanyak mungkin dampak potensial risiko yang akan terjadi.
Adapun 5 strategi alternatif dalam menangani risiko antara lain sebagai berikut:
1. Menghindari Risiko
Menghindari risiko merupakan strategi yang umum digunakan dan sangat penting untuk menangani risiko. Dengan menghindari risiko, manajer dapat mencegah perusahaannya dari mengalami kerugian akibat risiko yang telah dianalisa sebelumnya.
Namun, di sisi lain perusahaan juga akan kehilangan beberapa peluang untuk mendapatkan keuntungan yang mungkin bisa diperoleh dari asumsi risiko tersebut.
2. Mencegah Risiko dan Meminimalisir Kerugian
Strategi ini menitikberatkan pada mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, dan mengurangi dampak finansial dari risiko apabila risiko tersebut benar-benar terjadi.
3. Merentensi Risiko
Retensi risiko juga merupakan aspek penting dari manajemen risiko. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik sebagian maupun secara utuh dari dampak finansial suatu risiko yang kemungkinan akan dihadapi oleh perusahaan.
Terdapat 2 jenis strategi dalam retensi risiko, antara lain sebagai berikut:
- Retensi risiko terencana, ialah asumsi yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh manajer untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Risiko akan dapat ditahan dengan berbagai cara, sesuai kebutuhan, dan kapabilitas finansial dari perusahaan itu sendiri.
- Retensi risiko tidak terencana, biasanya terjadi saat manajer tidak mengenali atau mengidentifikasi keberadaan dari suatu risiko, namun secara tidak sadar tetap dapat mengasumsi kerugian yang akan muncul.
4. Mentransfer Risiko
Pada hakikatnya, transfer risiko dapat dilakukan dengan cara negosiasi, kapanpun saat manajer menjalani perencanaan baik kontraktual maupun permanen dengan berbagai pihak.
Transfer risiko berbeda dengan asuransi, biasanya dilakukan melalui syarat atau pasal-pasal dalam suatu perjanjian atau kontrak.
Karakteristik esensial dari transfer risiko ialah ketika risiko tersebut benar-benar terjadi, maka dampak dari terjadinya dapat ditanggung bersama, atau ditanggung secara utuh oleh salah satu pihak.
5. Asuransi
Di masa sekarang, asuransi telah menjadi bagian penting dalam program manajemen risiko, baik untuk digunakan secara pribadi maupun untuk sebuah organisasi.
Pada dasarnya, asuransi memang termasuk dalam strategi transfer risiko, dimana pihak asuransi setuju untuk menerima beban finansial yang muncul dari adanya kerugian terhadap risiko yang akan atau telah terjadi.
Asuransi dapat didefinisikan sebagai kontrak persetujuan antara 2 pihak yang terkait, yaitu insured (pengasuransi) dan insurer (pihak asuransi).
Dengan adanya persetujuan tersebut, pihak asuransi setuju untuk mengganti kerugian yang terjadi atau sesuai yang tercantum pada kontrak. Dengan ini, pihak pengasuransi (insured) memberikan balasan berupa sejumlah premi yang dibayarkan setiap periodenya.
Administrasi Sistem
Tahapan terakhir dari program manajemen risiko adalah administrasi sistem. Manajer harus menggunakan kemampuan manajerialnya untuk mengkoordinasi, mengorganisasi, mengarahkan, memotivasi, memfasilitasi, organisasi menuju rencana penanganan risiko yang rasional dan terintegrasi.
Menurut William, Smith, Young (1995), ada 5 hal manajerial penting yang dihadapi oleh seorang manajer risiko, antara lain:
-Tantangan untuk merancang prosedur dan kebijakan manajemen risiko.
- Pengkomunikasian risiko secara organisasi dan juga personal.
- Manajemen kontrak dan kontrak portofolio.
- Pengawasan klaim.
- Proses mengkaji ulang, memonitor, dan mengevaluasi program manajemen risiko.
Sumber:
http://googleartikel.blogspot.co.id/2011/04/bab-i-pendahuluan-1.html
0 Response to "Tahapan-tahapan Dalam Manajemen Risiko"
Posting Komentar