Gebyar Industri e-Commerce Indonesia di Tahun 2015
Populasi yang massif di Indonesia menjadikannya Negara berkembang dengan potensi yang sangat menggiurkan bagi berbagai sektor bisnis.
Salah satunya ialah industri e-commerce, sepanjang tahun 2015 kemarin berdasarkan data dari Adstensity, secara keseluruhan layanan e-commerce di Indonesia tercatat menghabiskan sekitar Rp 1,8 triliun untuk belanja iklan di televisi nasional.
Salah satu startup dengan biaya belanja iklan paling banyak ialah Tokopedia yang telah menghabiskan lebih dari Rp 559 miliar.
Simak juga: Hindari 6 Hal Berikut Dalam Mendesain Web E-Commerce Responsif
Pertumbuhan ekosistem yang semakin matang dan juga perjalanan e-commerce Indonesia yang diwarnai drama dari berbagai sisi menjadikan tahun 2015 lalu merupakan tahunnya industri e-commerce di Indonesia.
Traveloka berada pada urutan kedua dengan total belanja iklan yang dihabiskan mencapai lebih dari Rp 553 miliar sepanjang tahun 2015.
Bahkan kedua startup tersebut masuk ke dalam deretan 10 besar perusahaan yang mengeluarkan belanja iklan Televisi paling tinggi.
Dalan daftar tersebut, secara terurut 10 besar perusahaannya antara lain Djarum, Sampoerna, Pepsodent, Dettol, Lifebuoy, Frisian Flag, Indomie, Mie Sedap, Tokopedia, dan Traveloka.
Kemunculan pemain baru seperti Matahari Mall yang mendapat dukungan dari Grup Lippo juga makin memanaskan iklim industri e-commerce.
Bahkan, Matahari Mall juga masuk ke dalam daftar perusahaan e-commerce dengan biaya belanja iklan televisi terbesar.
Startup yang kemunculannya tergolong baru itu, dalam rentang waktu tujuh bulan semenjak kemunculannya telah mengeluarkan belanja iklan dengan jumlah lebih dari Rp 83 miliar.
Berikut ini kami bagikan 8 besar startup di bisnis e-commerce yang membelanjakan iklan televisi tertinggi berdasarkan data dari Adstensity:
1. Tokopedia, lebih dari Rp 559 miliar.
2. Traveloka, lebih dari Rp 553 miliar.
3. OLX, lebih dari Rp 283 miliar.
4. Blibli, lebih dari Rp 237 miliar.
5. Bukalapak, lebih dari Rp 119 miliar.
6. Lazada, lebih dari Rp 107 miliar.
7. Matahari Mall, lebih dari Rp 83 miliar.
8. Trivago, lebih dari Rp 80 miliar.
Angka-angka di atas diperoleh Adstensity didasarkan pada rekaman semua iklan TVC yang terdapat di 13 TV nasional Indonesia.
Nilai yang tercatat merupakan nilai bruto, sebab didasarkan pada volume iklan dan harga iklan sesuai dengan data yang terpublikasi (published rate).
Mungkin banyak masyarakat awam yang bertanya-tanya, dari mana startup tersebut memperoleh dana untuk biaya periklanannya, lantas bagaimana mereka berani membelanjakan iklan begitu besar padahal keuntungan yang didapat belumlah sebanding dengan biaya yang dikeluarkan?
Jadi, perlu kita ketahui bahwa startup tersebut memperoleh dana dari para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan starup tersebut.
Mereka mengincar Brand Awareness, yaitu image sebuah merek yang tertanam kuat di benak konsumen.
Hal ini merupakan bentuk investasi jangka panjang yang mana bila kita hitung dari besarnya populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta orang, jika ada 20% saja dari total penduduk Indonesia yang mengenal dan mengingat Brand mereka maka akan menghasilkan trafik organik ke web atau aplikasi mereka dengan jumlah yang sangat lumayan.
Kemudian bagaimana investor akan balik modal, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Para investor akan mendapatkan kembali modal mereka beserta keuntungan yang didapat ketika perusahaan tersebut telah Go Public atau menjual sebagian saham mereka pada bursa saham.
Mungkin sekitar 2-5 tahun mereka baru akan mendapatkan nilai keuntungan bisnis yang menjadi nilai jual yang jauh lebih tinggi untuk menggaet para investor baru yang bersedia membeli saham mereka di bursa saham.
Sumber:
dailysocial.id/post/tokopedia-dan-traveloka-adalah-startup-pengiklan-tv-terbesar-tahun-2015
Salah satunya ialah industri e-commerce, sepanjang tahun 2015 kemarin berdasarkan data dari Adstensity, secara keseluruhan layanan e-commerce di Indonesia tercatat menghabiskan sekitar Rp 1,8 triliun untuk belanja iklan di televisi nasional.
Salah satu startup dengan biaya belanja iklan paling banyak ialah Tokopedia yang telah menghabiskan lebih dari Rp 559 miliar.
Simak juga: Hindari 6 Hal Berikut Dalam Mendesain Web E-Commerce Responsif
Pertumbuhan ekosistem yang semakin matang dan juga perjalanan e-commerce Indonesia yang diwarnai drama dari berbagai sisi menjadikan tahun 2015 lalu merupakan tahunnya industri e-commerce di Indonesia.
Traveloka berada pada urutan kedua dengan total belanja iklan yang dihabiskan mencapai lebih dari Rp 553 miliar sepanjang tahun 2015.
Bahkan kedua startup tersebut masuk ke dalam deretan 10 besar perusahaan yang mengeluarkan belanja iklan Televisi paling tinggi.
Dalan daftar tersebut, secara terurut 10 besar perusahaannya antara lain Djarum, Sampoerna, Pepsodent, Dettol, Lifebuoy, Frisian Flag, Indomie, Mie Sedap, Tokopedia, dan Traveloka.
Kemunculan pemain baru seperti Matahari Mall yang mendapat dukungan dari Grup Lippo juga makin memanaskan iklim industri e-commerce.
Bahkan, Matahari Mall juga masuk ke dalam daftar perusahaan e-commerce dengan biaya belanja iklan televisi terbesar.
Startup yang kemunculannya tergolong baru itu, dalam rentang waktu tujuh bulan semenjak kemunculannya telah mengeluarkan belanja iklan dengan jumlah lebih dari Rp 83 miliar.
Berikut ini kami bagikan 8 besar startup di bisnis e-commerce yang membelanjakan iklan televisi tertinggi berdasarkan data dari Adstensity:
1. Tokopedia, lebih dari Rp 559 miliar.
2. Traveloka, lebih dari Rp 553 miliar.
3. OLX, lebih dari Rp 283 miliar.
4. Blibli, lebih dari Rp 237 miliar.
5. Bukalapak, lebih dari Rp 119 miliar.
6. Lazada, lebih dari Rp 107 miliar.
7. Matahari Mall, lebih dari Rp 83 miliar.
8. Trivago, lebih dari Rp 80 miliar.
Angka-angka di atas diperoleh Adstensity didasarkan pada rekaman semua iklan TVC yang terdapat di 13 TV nasional Indonesia.
Nilai yang tercatat merupakan nilai bruto, sebab didasarkan pada volume iklan dan harga iklan sesuai dengan data yang terpublikasi (published rate).
Mungkin banyak masyarakat awam yang bertanya-tanya, dari mana startup tersebut memperoleh dana untuk biaya periklanannya, lantas bagaimana mereka berani membelanjakan iklan begitu besar padahal keuntungan yang didapat belumlah sebanding dengan biaya yang dikeluarkan?
Jadi, perlu kita ketahui bahwa startup tersebut memperoleh dana dari para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan starup tersebut.
Mereka mengincar Brand Awareness, yaitu image sebuah merek yang tertanam kuat di benak konsumen.
Hal ini merupakan bentuk investasi jangka panjang yang mana bila kita hitung dari besarnya populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta orang, jika ada 20% saja dari total penduduk Indonesia yang mengenal dan mengingat Brand mereka maka akan menghasilkan trafik organik ke web atau aplikasi mereka dengan jumlah yang sangat lumayan.
Kemudian bagaimana investor akan balik modal, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Para investor akan mendapatkan kembali modal mereka beserta keuntungan yang didapat ketika perusahaan tersebut telah Go Public atau menjual sebagian saham mereka pada bursa saham.
Mungkin sekitar 2-5 tahun mereka baru akan mendapatkan nilai keuntungan bisnis yang menjadi nilai jual yang jauh lebih tinggi untuk menggaet para investor baru yang bersedia membeli saham mereka di bursa saham.
Sumber:
dailysocial.id/post/tokopedia-dan-traveloka-adalah-startup-pengiklan-tv-terbesar-tahun-2015
0 Response to "Gebyar Industri e-Commerce Indonesia di Tahun 2015"
Posting Komentar