Pengertian dan Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen (Bag. 2)

Lanjutan dari posting sebelumnya:
Pengertian dan Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen (Bag. 1)



3. Era Manusia Sosial

Kedatangan era ini ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains.

Sampai tahun 1930-an, mahzab ini tidak memperoleh pengakuan luas. Katalis utama lahirnya mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthorne.

Eksperimen Hawthorne ini dilakukan pada tahun 1920-an sampai 1930-an di Pabrik Hawthorne kepunyaan Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.

Awalnya, kajian ini mempunyai tujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja.

Baca juga: Sejarah Perkembangan Ilmu Ekonomi

Kajian tersebut menghasilkan berupa indikasi bahwa ternyata berbagai insentif seperti upah, tunjangan, jabatan, lama jam kerja, dan periode istirahat lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan penerimaan kelompok, tekanan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya.

Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok adalah penentu utama perilaku kerja individu.

Sumbangan lainnya berasal dari Mary Parker Follet. Follet (1868-1933) yang menjadi terkenal sesudah terbit bukunya yang berjudul Creative Experience pada tahun 1924 ini memperoleh pendidikannya di bidang filosofi dan ilmu politik.

Sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi, Follet mengajukan suatu filosofi bisnis yang mengutamakan integrasi.

Tugas seorang pemimpin dipercayai Follet adalah untuk menentukan tujuan organisasi serta mengintegrasikannya ke dalam tujuan individu dan tujuan kelompok.

Dirinya mempunyai pemikiran bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok ketimbang individualisme. Oleh karena itu, manajer dan karyawan semestinya melihat diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.

Chester Barnard (1886-1961) menulis buku berjudul The Fucntions of the Executive yang mendeskripsikan suatu teori organisasi dengan tujuan untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi.

Di sini Bardard juga mengutarakan dikotonomi “efektif-efisien”. Efektivitas mempunyai kaitan dengan pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi merupakan sejauh mana dapat terpuaskannya motif-motif individu.

Dia memandang organisasi informal memiliki keutamaan pada komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri.

Sementara itu organisasi formal merupakan suatu sistem terpadu yang membuat kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal.

Barnard mengembangkan pula teori “penerimaan otoritas” yang didasari pada pemikiran bahwa atasan hanya mempunyai kewenangan apabila bawahan memang menerima otoritasnya.


4. Era Modern

Menandai hadirnya era modern ini ialah adanya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) pada abad ke-20 yang dicetuskan oleh beberapa ahli manajemen. Paling terkenal di antaranya ialah W. Edwards Deming (1900-1993) dan Joseph Juran (1904).

Walaupun orang Amerika, Deming dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas oleh orang Jepang. Menurut Deming, sebagian besar permasalahan dalam kualitas ialah karena sistemnya, dan bukan berasal dari kesalahan pekerja.

Pentingnya peningkatan kualitas sangat ditekankan olehnya dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai.

Dirinya berpendapat bahwa dengan meningkatnya kualitas, maka manfaat yang diperoleh antara lain:

  1. Biaya akan berkurang dikarenakan biaya perbaikan juga akan  berkurang, minim terjadinya kesalahan, sedikitnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material.
  2. Produktivitas lebih meningkat.
  3. Peningkatan pangsa pasar karena peningkatan kualitas dan penurunan harga.
  4. Meningkatnya profitabilitas sehingga akan mampu bertahan dalam bisnis.
  5. Jumlah pekerjaan akan meningkat.


Sumbangan berikutnya berasal dari Joseph Juran, dengan pernyataannya bahwa 80% cacat dikarenakan faktor-faktor yang sesungguhnya bisa dikontrol oleh manajemen.

Ia mengembangkan trilogi manajemen dari teorinya tersebut dengan memasukkan perencanaan, kontrol, serta peningkatan kualitas.

Usulan Juran kepada manajemen untuk memilih satu area yang mengalami buruknya kontrol kualitas. Kemudian, area tersebut dianalisis, selanjutnya implementasikan solusi yang telah dibuat dari permasalahan tersebut.

Sumber: Wikipedia.org

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian dan Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen (Bag. 2)"

Posting Komentar