Beberapa Perusahaan Penggarap Megaproyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Konferensi Asia Afrika yang merupakan pertemuan negara-negara di kawasan Asia Afrika pada pekan ini telah usai dan menyisakan beragam rencana investasi di tanah air.
Rencana pembangunan megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah salah satunya dengan kreditor yang berasal dari China.
Menteri BUMN, Rini Soemarno mengutarakan secara lisan bahwa pembangunan dalam proyek tersebut akan dipimpin oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tak heran bila kemudian PT Wijaya Karya mendadak jadi tampak sibuk. Kajian atau feasibility study terkait proyek tersebut tengah dilakukan oleh perusahaan Pelat Merah itu.
Seperti yang diungkapkan oleh Corporate Secretary PT Wijaya Karya, Suradi, pada bulan Agustus nanti targetnya kajian sudah harus selesai dan diserahkan kepada pemerintah. Jadi, paling tidak proyek ini sudah bisa dieksekusi tahun depan.
Meski sudah terlebih dahulu mengawali langkah, Wijaya Karya baru mendapatkan perintah secara lisan dari pemerintah.
Namun, instruksi resmi memang belum dikantongi oleh perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, perusahaan ini belum dapat membeberkan secara detail bagaimana peranan mereka dalam proyek tersebut.
Wijaya Karya kemungkinan akan mendapatkan beberapa alternatif peran, sebagai eksekutor konstruksi, atau sebagai investor.
Atau bisa saja melakoni dua peran itu sekaligus sebagai pengelola proyek. Yang pasti, bukan berarti sebagai leader akan wajib menyiapkan modal yang paling besar.
Terealisasinya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini tentunya akan menjadi proyek gotong royong dari dua negara.
Di dalam proyek itu juga ada dua gerbong konsorsium yang akan terlibat. Nantinya PT Wijaya Karya akan memimpin empat perusahaan pelat merah lainnya, perusahaan-perusahaan tersebut antara lain PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Industri Kereta Api Indonesia, PT Len Industri, dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Sementara dari luar negeri, Tiongkok akan menunjuk China Railway sebagai pemimpin konsorsium. Anggota konsorsium dari China ini antara lain China Railway International, China Railway Group Limited, The Third Railway Survey and Design Institute Group Corporation (TSDI), CSR Corporation, China Railway Signal and Commucation Corporation, Sinohydro Corporation Limited, dan China Academy of Railway Sciences.
Sementara itu, untuk mewujudkan jalur transportasi kilat dari Ibukota ke Kota Kembang tersebut dibutuhkan anggaran dana yang tak sedikit.
Dari Pemerintah China menawarkan diri untuk mendanai proyek tersebut beserta proyek-proyek lain dengan total dana yang akan dikucurkan sebesar US$ 50 juta.
Sebagai sumber pendanaan, China akan menunjuk China Development Bank (CDB), dan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC).
Anggaran Belanja dari Wijaya Karya
Mengingat besarnya dana investasi yang dibutuhkan, dari dalam negeri sejauh ini ada tiga peluang sumber pendanaan.
Ketiganya merupakan kucuran langsung dari pemerintah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN), pinjaman dari pihak ketiga, dan patungan antara anggota konsorsium.
Wijaya Karya setidaknya telah menyiapkan belanja modal dari kasnya sebesar Rp 4,4 triliun untuk tahun ini.
Sebenarnya perusahaan itu baru saja mengubah anggaran modal tersebut dari sebelumnya sebesar Rp 1,7 triliun, menjadi Rp 4,4 triliun.
Diakui perusahaan tersebut perubahan anggaran belanja modal memang dilakukan demi mengantisipasi kebutuhan dana yang membengkak karena ada instruksi dari pemerintah untuk proyek tersebut.
Namun, yang menjadi catatan penting ialah anggaran belanja modal tersebut tidak hanya untuk mendanai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Dana itu memang dialokasikan oleh Wijaya Karya untuk membiayai seluruh ekspansi mereka tahun ini. Salah satunya adalah rencana pembangunan pembangkit listrik.
Hanya saja kata Suradi, memang untuk pembangkit listrik tersebut murni untuk bisnis, jadi butuh modal juga.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/26/091100526/WIKA.Siap.Garap.Proyek.Kereta.Cepat
Rencana pembangunan megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah salah satunya dengan kreditor yang berasal dari China.
Menteri BUMN, Rini Soemarno mengutarakan secara lisan bahwa pembangunan dalam proyek tersebut akan dipimpin oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tak heran bila kemudian PT Wijaya Karya mendadak jadi tampak sibuk. Kajian atau feasibility study terkait proyek tersebut tengah dilakukan oleh perusahaan Pelat Merah itu.
Seperti yang diungkapkan oleh Corporate Secretary PT Wijaya Karya, Suradi, pada bulan Agustus nanti targetnya kajian sudah harus selesai dan diserahkan kepada pemerintah. Jadi, paling tidak proyek ini sudah bisa dieksekusi tahun depan.
Meski sudah terlebih dahulu mengawali langkah, Wijaya Karya baru mendapatkan perintah secara lisan dari pemerintah.
Namun, instruksi resmi memang belum dikantongi oleh perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, perusahaan ini belum dapat membeberkan secara detail bagaimana peranan mereka dalam proyek tersebut.
Wijaya Karya kemungkinan akan mendapatkan beberapa alternatif peran, sebagai eksekutor konstruksi, atau sebagai investor.
Atau bisa saja melakoni dua peran itu sekaligus sebagai pengelola proyek. Yang pasti, bukan berarti sebagai leader akan wajib menyiapkan modal yang paling besar.
Terealisasinya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini tentunya akan menjadi proyek gotong royong dari dua negara.
Di dalam proyek itu juga ada dua gerbong konsorsium yang akan terlibat. Nantinya PT Wijaya Karya akan memimpin empat perusahaan pelat merah lainnya, perusahaan-perusahaan tersebut antara lain PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Industri Kereta Api Indonesia, PT Len Industri, dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Sementara dari luar negeri, Tiongkok akan menunjuk China Railway sebagai pemimpin konsorsium. Anggota konsorsium dari China ini antara lain China Railway International, China Railway Group Limited, The Third Railway Survey and Design Institute Group Corporation (TSDI), CSR Corporation, China Railway Signal and Commucation Corporation, Sinohydro Corporation Limited, dan China Academy of Railway Sciences.
Sementara itu, untuk mewujudkan jalur transportasi kilat dari Ibukota ke Kota Kembang tersebut dibutuhkan anggaran dana yang tak sedikit.
Dari Pemerintah China menawarkan diri untuk mendanai proyek tersebut beserta proyek-proyek lain dengan total dana yang akan dikucurkan sebesar US$ 50 juta.
Sebagai sumber pendanaan, China akan menunjuk China Development Bank (CDB), dan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC).
Anggaran Belanja dari Wijaya Karya
Mengingat besarnya dana investasi yang dibutuhkan, dari dalam negeri sejauh ini ada tiga peluang sumber pendanaan.
Ketiganya merupakan kucuran langsung dari pemerintah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN), pinjaman dari pihak ketiga, dan patungan antara anggota konsorsium.
Wijaya Karya setidaknya telah menyiapkan belanja modal dari kasnya sebesar Rp 4,4 triliun untuk tahun ini.
Sebenarnya perusahaan itu baru saja mengubah anggaran modal tersebut dari sebelumnya sebesar Rp 1,7 triliun, menjadi Rp 4,4 triliun.
Diakui perusahaan tersebut perubahan anggaran belanja modal memang dilakukan demi mengantisipasi kebutuhan dana yang membengkak karena ada instruksi dari pemerintah untuk proyek tersebut.
Namun, yang menjadi catatan penting ialah anggaran belanja modal tersebut tidak hanya untuk mendanai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Dana itu memang dialokasikan oleh Wijaya Karya untuk membiayai seluruh ekspansi mereka tahun ini. Salah satunya adalah rencana pembangunan pembangkit listrik.
Hanya saja kata Suradi, memang untuk pembangkit listrik tersebut murni untuk bisnis, jadi butuh modal juga.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/26/091100526/WIKA.Siap.Garap.Proyek.Kereta.Cepat
0 Response to "Beberapa Perusahaan Penggarap Megaproyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung"
Posting Komentar