6 Faktor Penyebab Berubahnya Nilai Tukar Mata Uang Antar Negara
Selain tingkat inflasi dan suku bunga, kerap kali dalam mengukur level perekonomian suatu Negara menggunakan indikator nilai tukar mata uang.
Dalam perdagangan antar Negara, nilai tukar mata uang mempunyai peranan penting dimana hampir mayoritas Negara-negara di dunia sekarang ini tidak bisa lepas dari yang namanya aktivitas ekonomi pasar bebas.
Sedangkan perusahaan investasi dan para investor mancanegara memakai nilai tukar mata uang sebagai indikasi return dan portofolio investasinya.
Baca juga: 4 Hal Penyebab Nilai Mata Uang Asing Fluktuatif Terhadap Rupiah
Nilai tukar mata uang suatu Negara bersifat relatif, dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang Negara asing.
Adanya perubahan pada nilai tukar mata uang akan mempengaruhi aktivitas perdagangan antar kedua Negara atau lebih.
Menguatnya nilai tukar mata uang suatu Negara akan menyebabkan nilai ekspor Negara tersebut menjadi lebih mahal, namun impor dari Negara lain lebih murah, begitu pula sebaliknya.
Berikut ini kami akan mengulas beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan atau berubahnya nilai tukar mata uang antar negara.
1. Adanya Perbedaan Tingkat Inflasi Antar Negara
Suatu Negara dengan tingkat inflasi yang rendah dan konsisten akan memiliki nilai tukar mata uang yang lebih kuat dibandingkan dengan Negara yang tingkat inflasinya lebih tinggi.
Purchasing power (daya beli) mata uang Negara tersebut akan relatif lebih besar dari Negara lain yang memiliki tingkat inflasi lebih tinggi.
Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah contohnya seperti Jepang, Swiss, dan Jerman. Sementara Amerika Serikat dan Kanada masih berada di bawah ketiga Negara tersebut.
Negara-negara dengan tingkat inflasi lebih tinggi, nilai tukar mata uangnya akan mengalami depresiasi dibandingkan Negara partner dagangnya.
2. Adanya Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antar Negara
Inflasi, suku bunga, dan nilai tukar merupakan 3 elemen yang sangat berhubungan erat. Bank Sentral suatu Negara dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan nilai tukar mata uang dengan melakukan kebijakan perubahan pada tingkat suku bunga.
Para investor baik domestic maupun luar negeri akan lebih tertarik pada return yang lebih besar. Akan tetapi ketika inflasi kembali tinggi, investor akan memilih keluar sehingga Bank Sentral akan menaikkan lagi suku bunganya.
Sebaliknya, nilai tukar mata uang suatu Negara akan cenderung lemah ketika Bank Sentral menurunkan suku bunganya.
3. Kondisi Neraca Perdagangan Suatu Negara
Neraca perdagangan antar Negara berisi semua pembayaran dari hasil jual barang maupun jasa. Neraca perdagangan suatu Negara dikatakan defisit jika Negara tersebut membayar lebih banyak ke Negara partner dagangnya ketimbang pembayaran yang diperolehnya dari Negara partner dagang.
Negara tersebut memerlukan lebih banyak mata uang dari Negara partner dagangnya sehingga menyebabkan nilai tukar mata uangnya cenderung melemah.
Keadaan yang sebaliknya disebut juga dengan surplus, dimana nilai tukar mata uang Negara tersebut cenderung menguat terhadap Negara partner dagangnya.
4. Adanya Hutang Publik (Public Debt)
Dalam membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintah, suatu Negara akan menggunakan neraca anggaran domestiknya.
Bila anggaran tersebut mengalami defisit, maka public debt akan membengkak sehingga menyebabkan naiknya inflasi.
Negara dapat menutup defisitnya anggaran dengan melakukan penjualan bond pemerintah atau mencetak uang.
Keadaan akan semakin memburuk ketika hutang yang terlalu besar menyebabkan Negara tersebut mengalami gagal bayar (default) sehingga peringkatnya dalam pembayaran hutang kian menurun. Tingginya public debt cenderung melemahkan nilai tukar mata uang Negara tersebut.
5. Ratio Harga Ekspor dan Harga Impor Antar Negara
Nilai tukar mata uang suatu Negara cenderung apabila harga ekspor meningkat lebih cepat dibandingkan harga impor.
Permintaan terhadap barang dan jasa dari Negara tersebut mengalami kenaikkan, sehingga permintaan mata uangnya pun meningkat.
Keadaan menjadi berbalik ketika harga impor mengalami kenaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan harga ekspor suatu Negara.
6. Stabilitas Politik dan Ekonomi
Tentunya, para investor akan mencari Negara yang memiliki kinerja ekonomi yang baik dengan kondisi politik yang stabil.
Negara dengan kondisi politik yang tidak stabil cenderung menimbulkan risiko tinggi sebagai tempat berinvestasi.
Stabilitas politik dapat mempengaruhi kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, sehingga berpengaruh pula pada pergerakan nilai tukar mata uang Negara tersebut.
Sumber:
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=133671&
Dalam perdagangan antar Negara, nilai tukar mata uang mempunyai peranan penting dimana hampir mayoritas Negara-negara di dunia sekarang ini tidak bisa lepas dari yang namanya aktivitas ekonomi pasar bebas.
Sedangkan perusahaan investasi dan para investor mancanegara memakai nilai tukar mata uang sebagai indikasi return dan portofolio investasinya.
Baca juga: 4 Hal Penyebab Nilai Mata Uang Asing Fluktuatif Terhadap Rupiah
Nilai tukar mata uang suatu Negara bersifat relatif, dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang Negara asing.
Adanya perubahan pada nilai tukar mata uang akan mempengaruhi aktivitas perdagangan antar kedua Negara atau lebih.
Menguatnya nilai tukar mata uang suatu Negara akan menyebabkan nilai ekspor Negara tersebut menjadi lebih mahal, namun impor dari Negara lain lebih murah, begitu pula sebaliknya.
Berikut ini kami akan mengulas beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan atau berubahnya nilai tukar mata uang antar negara.
1. Adanya Perbedaan Tingkat Inflasi Antar Negara
Suatu Negara dengan tingkat inflasi yang rendah dan konsisten akan memiliki nilai tukar mata uang yang lebih kuat dibandingkan dengan Negara yang tingkat inflasinya lebih tinggi.
Purchasing power (daya beli) mata uang Negara tersebut akan relatif lebih besar dari Negara lain yang memiliki tingkat inflasi lebih tinggi.
Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah contohnya seperti Jepang, Swiss, dan Jerman. Sementara Amerika Serikat dan Kanada masih berada di bawah ketiga Negara tersebut.
Negara-negara dengan tingkat inflasi lebih tinggi, nilai tukar mata uangnya akan mengalami depresiasi dibandingkan Negara partner dagangnya.
2. Adanya Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antar Negara
Inflasi, suku bunga, dan nilai tukar merupakan 3 elemen yang sangat berhubungan erat. Bank Sentral suatu Negara dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan nilai tukar mata uang dengan melakukan kebijakan perubahan pada tingkat suku bunga.
Para investor baik domestic maupun luar negeri akan lebih tertarik pada return yang lebih besar. Akan tetapi ketika inflasi kembali tinggi, investor akan memilih keluar sehingga Bank Sentral akan menaikkan lagi suku bunganya.
Sebaliknya, nilai tukar mata uang suatu Negara akan cenderung lemah ketika Bank Sentral menurunkan suku bunganya.
3. Kondisi Neraca Perdagangan Suatu Negara
Neraca perdagangan antar Negara berisi semua pembayaran dari hasil jual barang maupun jasa. Neraca perdagangan suatu Negara dikatakan defisit jika Negara tersebut membayar lebih banyak ke Negara partner dagangnya ketimbang pembayaran yang diperolehnya dari Negara partner dagang.
Negara tersebut memerlukan lebih banyak mata uang dari Negara partner dagangnya sehingga menyebabkan nilai tukar mata uangnya cenderung melemah.
Keadaan yang sebaliknya disebut juga dengan surplus, dimana nilai tukar mata uang Negara tersebut cenderung menguat terhadap Negara partner dagangnya.
4. Adanya Hutang Publik (Public Debt)
Dalam membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintah, suatu Negara akan menggunakan neraca anggaran domestiknya.
Bila anggaran tersebut mengalami defisit, maka public debt akan membengkak sehingga menyebabkan naiknya inflasi.
Negara dapat menutup defisitnya anggaran dengan melakukan penjualan bond pemerintah atau mencetak uang.
Keadaan akan semakin memburuk ketika hutang yang terlalu besar menyebabkan Negara tersebut mengalami gagal bayar (default) sehingga peringkatnya dalam pembayaran hutang kian menurun. Tingginya public debt cenderung melemahkan nilai tukar mata uang Negara tersebut.
5. Ratio Harga Ekspor dan Harga Impor Antar Negara
Nilai tukar mata uang suatu Negara cenderung apabila harga ekspor meningkat lebih cepat dibandingkan harga impor.
Permintaan terhadap barang dan jasa dari Negara tersebut mengalami kenaikkan, sehingga permintaan mata uangnya pun meningkat.
Keadaan menjadi berbalik ketika harga impor mengalami kenaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan harga ekspor suatu Negara.
6. Stabilitas Politik dan Ekonomi
Tentunya, para investor akan mencari Negara yang memiliki kinerja ekonomi yang baik dengan kondisi politik yang stabil.
Negara dengan kondisi politik yang tidak stabil cenderung menimbulkan risiko tinggi sebagai tempat berinvestasi.
Stabilitas politik dapat mempengaruhi kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, sehingga berpengaruh pula pada pergerakan nilai tukar mata uang Negara tersebut.
Sumber:
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=133671&
0 Response to "6 Faktor Penyebab Berubahnya Nilai Tukar Mata Uang Antar Negara"
Posting Komentar