Pemahaman Tentang Devaluasi, Deflasi, Depresiasi, Apresiasi, dan Revaluasi
Pengertian Devaluasi dan Efek Negatif yang Ditimbulkannya
Devaluasi adalah pemangkasan sebuah mata uang agar nilainya dapat meningkat dibandingkan mata uang Negara lain (terapresiasi).
Hal ini biasanya disebabnkan karena mata uang dalam negeri mengalami penurunan nilainya dibandingkan mata uang luar negeri.
Pengertian lain dari devaluasi adalah kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
Pemerintah melakukan intervensi dengan tujuan agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dihubungkan dengan menurunnya nilai mata uang suatu Negara terhadap nilai mata uang asing.
Baca juga: Alat Ukur dalam Menghitung Perekonomian Suatu Negara
Pemerintah melakukan devaluasi terhadap mata uang juga bertujuan agar terjadi peningkatan ekspor barang dana membuat neraca pembayaran menjadi surplus.
Kondisi yang harus dipenuhi sebelum mata uang didevaluasi antara lain:
1. Tingkat inflasi yang super tinggi (lebih dari 200%).
2. Minimnya cadangan devisa suatu Negara.
3. Hutang luar negeri suatu Negara yang sangat besar.
4. Instabilitas ekonomi yang berpengaruh besar pada sektor lainnya.
Isu devaluasi biasanya selalu berkembang ketika mata uang suatu Negara mengalami keterpurukan. Namun, adanya devaluasi juga memberikan efek negatif yang harus kita pahami, antara lain:
1. Mata uang yang lebih kuat akan mengakibatkan ekspor menjadi turun karena barang menjadi lebih mahal di luar negeri.
2. Ongkos produksi akan menjadi lebih tinggi bila dinilai menggunakan mata uang asing.
3. Banyak perusahaan yang terancam bangkrut bila terus memproduksi di Negara yang melakukan devaluasi.
4. Banyak investor yang keluar dari Negara tersebut sehingga iklim investasi menjadi macet.
5. Terancamnya industri domestik dikarenakan harga impor yang menjadi sangat murah.
Pengertian Deflasi dan Teori yang Berkaitan Dengannya
Deflasi adalah daya beli uang yang mengalami peningkatan dikarenakan jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Deflasi diikuti oleh penurunan harga-harga secara umum yang berkaitan dengan konstraksi pasokan uang maupun kredit. Sehingga deflasi sering disebut juga sebagai disinflasi (disinflation).
Mengatasi deflasi biasanya dilakukan dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, atau masyarakat yang menambah pengeluaran.
Pada tahap berikutnya, deflasi juga berakibat pada penurunan output dan naiknya angka pengangguran pada sektor terkait.
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, Amerika Serikat pernah mengalami deflasi panjang. Saat itu perekonomian global memang sedang terjerumus dalam depresi besar (great depression).
Tingkat harga di Amerika Serikat pada tahun 1929 sampai 1933 ambruk sebesar 25%. Masa ini disebut-sebut sebagai deflasi terbesar dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat.
Menurut ahli ekonom dari Harvard, Gregory Mankiw pada Macroeconomics, Worth Publishers, New York edisi 2003, terdapat 2 teori yang dapat menjelaskan mengapa penurunan harga dapat menekan tingkat pendapatan yang dapat menyeret ke resesi global.
Teori pertama disebut dengan debt-deflation theory. Penurunan harga akan menyebabkan para pengusaha mengalami kesulitan dalam membayar utangnya.
Para debitor mengalami penurunan penerimaan (revenue) dari hasil usahanya sehingga tidak mampu untuk membayar utang kepada kreditor.
Teori kedua menjelaskan mengenai efek deflasi. Dari peristiwa deflasi menimbulkan konsekuensi logis yaitu perusahaan-perusahaan akan cenderung melakukan penghematan, salah satunya dengan cara pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya (lay-off).
Selanjutnya, hal tersebut akan berefek buruk bagi perekonomian makro karena cenderung mengalami kontraksi.
Secara kronologis, peristiwa deflasi berpotensi menimbulkan dampak buruk, antara lain:
1. Meningkatnya angka kredit macet (bad debt).
2. Meningkatnya jumlah pengangguran.
3. Resesi dan depresi global.
Pengertian dan Gambaran Sekilas Mengenai Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan atau melemahnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi secara bertahap.
Saat krisis keuangan melanda secara global, banyak miliuner yang kekayaan menyusut diakibatkan karena saham.
Sedangkan bagi Negara yang mata uangnya mengalami depresiasi besar, pecahan mata uangnya pun juga menjadi sangat besar sehingga jumlah kekayaannya justru jadi meningkat.
Dalam akuntansi, depresiasi disebut juga sebagai penyusutan yang memiliki pengertian ialah proses penyisihan sejumlah uang (biaya) atas harta/aset yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan.
Atau dapat berarti juga sebagai sejumlah biaya yang dikumpulkan dalam periode tertentu terhadap harta/aset yang digunakan pada proses untuk memperoleh pendapatan. Namun bukan berarti sebagai pengumpulan sejumlah dana guna mengganti aset.
Pengertian Apresiasi dan Dampak Buruk yang Ditimbulkan
Apresiasi adalah menguatnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing. Ada beberapa dampak buruk yang ditimbulkan dari apresiasi yang terjadi terlalu tajam, antara lain:
1. Apresiasi yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan biaya hidup dan biaya produksi di suatu Negara meningkat pesat sehingga daya saing harga barang dan jasa pun menjadi berkurang.
2. Adanya relokasi industri secara besar-besaran. Banyak perusahaan di suatu Negara yang memindahkan lokasi pabriknya ke luar negeri, sehingga angka pengangguran di Negara tersebut kian meningkat.
3. Rendahnya harga saham dikarenakan tingkat kepercayaan (confidence level) terhadap perekonomian yang mengalami penurunan signifikan.
4. Merosotnya harga tanah dan properti.
5. Terjadinya bad debt atau credit crunch karena kredit-kredit perbankan banyak yang mengalami kemacetan diakibatkan merosotnya harga saham dan tanah.
6. Secara demografis, berimbas pula pada tingkat harapan hidup yang terus meningkat, namun tidak diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk. Sehingga ada penggelembungan pada kelompok usia lanjut (bertambahnya jumlah orang tua), namun usia produktif makin berkurang. Hal ini akan berdampak pada tingginya beban ketergantungan yang dikarenakan bertambahnya usia lanjut. Beban fiskal pemerintah pun akan kian bertambah karena harus membayar pensiun dalam jumlah banyak, namun pendapatan pemerintah tidak ada peningkatan.
Pengertian Revaluasi Menurut Makro dan Akuntansi
Revaluasi adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
Sedangkan dalam akuntansi, revaluasi berarti penilaian kembali atas aktiva tetap yang dipakai dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan untuk tujuan perpajakan.
Itulah pengertian tentang devaluasi, deflasi, depresiasi, apresiasi, dan revaluasi yang perlu kita ketahui, semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda. Jangan lupa untuk membaca artikel-artikel menarik lainnya di blog kami.
sumber:
http://wawasanfadhitya.blogspot.co.id/2012/09/devaluasi-deflasi-depresiasi-apresiasi.html
Devaluasi adalah pemangkasan sebuah mata uang agar nilainya dapat meningkat dibandingkan mata uang Negara lain (terapresiasi).
Hal ini biasanya disebabnkan karena mata uang dalam negeri mengalami penurunan nilainya dibandingkan mata uang luar negeri.
Pengertian lain dari devaluasi adalah kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
Pemerintah melakukan intervensi dengan tujuan agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dihubungkan dengan menurunnya nilai mata uang suatu Negara terhadap nilai mata uang asing.
Baca juga: Alat Ukur dalam Menghitung Perekonomian Suatu Negara
Pemerintah melakukan devaluasi terhadap mata uang juga bertujuan agar terjadi peningkatan ekspor barang dana membuat neraca pembayaran menjadi surplus.
Kondisi yang harus dipenuhi sebelum mata uang didevaluasi antara lain:
1. Tingkat inflasi yang super tinggi (lebih dari 200%).
2. Minimnya cadangan devisa suatu Negara.
3. Hutang luar negeri suatu Negara yang sangat besar.
4. Instabilitas ekonomi yang berpengaruh besar pada sektor lainnya.
Isu devaluasi biasanya selalu berkembang ketika mata uang suatu Negara mengalami keterpurukan. Namun, adanya devaluasi juga memberikan efek negatif yang harus kita pahami, antara lain:
1. Mata uang yang lebih kuat akan mengakibatkan ekspor menjadi turun karena barang menjadi lebih mahal di luar negeri.
2. Ongkos produksi akan menjadi lebih tinggi bila dinilai menggunakan mata uang asing.
3. Banyak perusahaan yang terancam bangkrut bila terus memproduksi di Negara yang melakukan devaluasi.
4. Banyak investor yang keluar dari Negara tersebut sehingga iklim investasi menjadi macet.
5. Terancamnya industri domestik dikarenakan harga impor yang menjadi sangat murah.
Pengertian Deflasi dan Teori yang Berkaitan Dengannya
Deflasi adalah daya beli uang yang mengalami peningkatan dikarenakan jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Deflasi diikuti oleh penurunan harga-harga secara umum yang berkaitan dengan konstraksi pasokan uang maupun kredit. Sehingga deflasi sering disebut juga sebagai disinflasi (disinflation).
Mengatasi deflasi biasanya dilakukan dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, atau masyarakat yang menambah pengeluaran.
Pada tahap berikutnya, deflasi juga berakibat pada penurunan output dan naiknya angka pengangguran pada sektor terkait.
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, Amerika Serikat pernah mengalami deflasi panjang. Saat itu perekonomian global memang sedang terjerumus dalam depresi besar (great depression).
Tingkat harga di Amerika Serikat pada tahun 1929 sampai 1933 ambruk sebesar 25%. Masa ini disebut-sebut sebagai deflasi terbesar dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat.
Menurut ahli ekonom dari Harvard, Gregory Mankiw pada Macroeconomics, Worth Publishers, New York edisi 2003, terdapat 2 teori yang dapat menjelaskan mengapa penurunan harga dapat menekan tingkat pendapatan yang dapat menyeret ke resesi global.
Teori pertama disebut dengan debt-deflation theory. Penurunan harga akan menyebabkan para pengusaha mengalami kesulitan dalam membayar utangnya.
Para debitor mengalami penurunan penerimaan (revenue) dari hasil usahanya sehingga tidak mampu untuk membayar utang kepada kreditor.
Teori kedua menjelaskan mengenai efek deflasi. Dari peristiwa deflasi menimbulkan konsekuensi logis yaitu perusahaan-perusahaan akan cenderung melakukan penghematan, salah satunya dengan cara pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya (lay-off).
Selanjutnya, hal tersebut akan berefek buruk bagi perekonomian makro karena cenderung mengalami kontraksi.
Secara kronologis, peristiwa deflasi berpotensi menimbulkan dampak buruk, antara lain:
1. Meningkatnya angka kredit macet (bad debt).
2. Meningkatnya jumlah pengangguran.
3. Resesi dan depresi global.
Pengertian dan Gambaran Sekilas Mengenai Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan atau melemahnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi secara bertahap.
Saat krisis keuangan melanda secara global, banyak miliuner yang kekayaan menyusut diakibatkan karena saham.
Sedangkan bagi Negara yang mata uangnya mengalami depresiasi besar, pecahan mata uangnya pun juga menjadi sangat besar sehingga jumlah kekayaannya justru jadi meningkat.
Dalam akuntansi, depresiasi disebut juga sebagai penyusutan yang memiliki pengertian ialah proses penyisihan sejumlah uang (biaya) atas harta/aset yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan.
Atau dapat berarti juga sebagai sejumlah biaya yang dikumpulkan dalam periode tertentu terhadap harta/aset yang digunakan pada proses untuk memperoleh pendapatan. Namun bukan berarti sebagai pengumpulan sejumlah dana guna mengganti aset.
Pengertian Apresiasi dan Dampak Buruk yang Ditimbulkan
Apresiasi adalah menguatnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing. Ada beberapa dampak buruk yang ditimbulkan dari apresiasi yang terjadi terlalu tajam, antara lain:
1. Apresiasi yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan biaya hidup dan biaya produksi di suatu Negara meningkat pesat sehingga daya saing harga barang dan jasa pun menjadi berkurang.
2. Adanya relokasi industri secara besar-besaran. Banyak perusahaan di suatu Negara yang memindahkan lokasi pabriknya ke luar negeri, sehingga angka pengangguran di Negara tersebut kian meningkat.
3. Rendahnya harga saham dikarenakan tingkat kepercayaan (confidence level) terhadap perekonomian yang mengalami penurunan signifikan.
4. Merosotnya harga tanah dan properti.
5. Terjadinya bad debt atau credit crunch karena kredit-kredit perbankan banyak yang mengalami kemacetan diakibatkan merosotnya harga saham dan tanah.
6. Secara demografis, berimbas pula pada tingkat harapan hidup yang terus meningkat, namun tidak diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk. Sehingga ada penggelembungan pada kelompok usia lanjut (bertambahnya jumlah orang tua), namun usia produktif makin berkurang. Hal ini akan berdampak pada tingginya beban ketergantungan yang dikarenakan bertambahnya usia lanjut. Beban fiskal pemerintah pun akan kian bertambah karena harus membayar pensiun dalam jumlah banyak, namun pendapatan pemerintah tidak ada peningkatan.
Pengertian Revaluasi Menurut Makro dan Akuntansi
Revaluasi adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
Sedangkan dalam akuntansi, revaluasi berarti penilaian kembali atas aktiva tetap yang dipakai dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan untuk tujuan perpajakan.
Itulah pengertian tentang devaluasi, deflasi, depresiasi, apresiasi, dan revaluasi yang perlu kita ketahui, semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda. Jangan lupa untuk membaca artikel-artikel menarik lainnya di blog kami.
sumber:
http://wawasanfadhitya.blogspot.co.id/2012/09/devaluasi-deflasi-depresiasi-apresiasi.html
0 Response to "Pemahaman Tentang Devaluasi, Deflasi, Depresiasi, Apresiasi, dan Revaluasi"
Posting Komentar