Pengertian Etika Bisnis dan Kendala Dalam Penerapannya
Kata etika, kerap disebut juga dengan kata etik atau etis, dalam bahasa Inggris biasa disebut ethics. Kata ini memiliki banyak pengertian, di antaranya akan dijelaskan pada ulasan berikut ini:
Etika dari segi etimologi (asal kata) berasal dari kata latin “Ethicos” yang artinya kebiasaan. Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan yang dikatakan baik oleh masyarakat.
Selanjutnya, pengertian ini lambat laun menjadi berkembang. Etika kemudian diartikan sebagai suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia yang dapat dinilai baik dan mana yang tidak baik.
Menurut Sumaryono (1995) etika berasal dari istilah Yunani ethos yang berarti adab istiadat atau kebiasaan yang baik.
Baca juga: Memberdayakan Pelanggan Dalam Strategi Marketing Bisnis Anda
Etika kemudian berkembang menjadi studi mengenai kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang dapat berbeda-beda, menggambarkan perangai manusia dalam kehidupannya secara umum.
Selain itu, etika berkembang pula menjadi studi mengenai kebenaran atau ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
Berdasarkan perkembangan tersebut, etika bisa dibedakan lagi menjadi 2, yaitu etika moral dan etika perangai.
1. Etika Moral
Etika moral berhubungan dengan kebiasaan seseorang dalam berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh dari etika moral antara lain seperti berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain, menghormati orangtua dan guru, berlaku adil, dan lain-lain.
Kebebasan manusia dalam berkehendak mengarahkannya untuk melakukan perbuatan baik dan benar. Ketika pelanggaran etika moral dilakukan oleh manusia, berarti dia memang berkehendak melakukan kejahatan, dengan sendirinya ia sadar memang harus menerima hukuman.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, salah satu dasar hukum positif yang dibuat oleh penguasa juga bersumber dari nilai moral.
2. Etika Perangai
Etika perangai merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di suatu daerah tertentu, pada waktu tertentu pula.
Pengakuan dan pemberlakuan etika perangai tersebut disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian terhadap perilaku.
Contoh etika perangai antara lain seperti berbusana tradisional, pergaulan pemuda, adat pernikahan, upacara adat, dan lain-lain.
Pengertian Etika Bisnis
Secara sederhana, etika bisnis adalah sejumlah cara untuk melakukan kegiatan bisnis cakupannya ialah seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat.
Etika bisnis mengarahkan agar bisnis dijalankan secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu maupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis dalam sebuah perusahaan akan membentuk nilai, norma, dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, dan masyarakat.
Menurut Lozano (1996), etika bisnis adalah salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia bisnis.
Etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang secara khusus mempelajari pelaku bisnis dalam mengambil tindakan dalam menjalankan bisnisnya.
Dinyatakan oleh Epstein (1989) bahwa etika bisnis sebagai sebuah perspektif analisis etika di dalam bisnis yang menghasilkan sebuah proses dan sebuah kerangka kerja guna membatasi dan mengevaluasi berbagai tindakan individu, organisasi, juga terkadang seluruh masyarakat sosial.
Etika bisnis merupakan etika yang harus dimiliki seorang pelaku bisnis, baik ia adalah seorang pengusaha, manajer, karyawan, konsumen, maupun masyarakat.
Etika bisnis merupakan bagian dari produk pendidikan etika masa kecil, namun tetap dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Para pakar psikologi banyak yang berkeyakinan bahwa penanaman awal nilai-nilai moral, kedisiplinan, dan etika yang dilakukan pada masa kecil akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan persepsi atau hati nurani seseorang ketika ia telah beranjak dewasa (Faisal Afiff).
Lingkungan bisnis bisa saja merontokkan etika individu, begitu pula sebaliknya etika individu dapat mempengaruhi lingkungan bisnis, tergantung mana yang lebih dominan.
Etika bisnis pun menjadi kian disorot oleh masyarakat dan para pengamat, ketika terjadi krisis multi dimensional dalam beberapa tahun terakhir.
Tuntutan masyarakat akan tolak ukur etika jadi meningkat sehingga meningkatkan pula pengungkapan dan publikasi, kepedulian publik, regulasi pemerintah, serta kesadaran CEO terhadap etika dan profesionalisme bisnis.
Etika bisnis menjadi tuntutan harkat etis manusia dan tidak dapat ditunda hanya untuk membenarkan tindakan dan sikap tidak adil, tidak jujur maupun tidak bermoral.
Permasalahan dalam Penerapan Etika Bisnis
Terkadang ada sebuah pertanyaan yang senantiasa mengganggu benak kita, apakah etika dan bisnis adalah dua dunia yang berlainan?
Sering terjadi di sekitar kita ada perusahaan yang kurang memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaannya.
Bahkan, ketika dampak lingkungan tersebut sudah terjadi dan meluas, perusahaan tersebut malah terkesan lebih mementingkan penyelamatan aset-asetnya, ketimbang memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terlanjur terjadi.
Ada pula perusahaan yang menggunakan bahan-bahan berbahaya dalam produknya yang ketika diteliti ternyata mengandung zat yang dapat merusak kesehatan.
Meski pada akhirnya perusahaan tersebut melakukan permintaan maaf dan menarik semua produknya dari pasaran.
Tapi bagaimana dengan penanganan terhadap konsumen yang telah terlanjur memakai produk tersebut.
Mungkin sekarang ini si konsumen memang tidak merasakan dampaknya secara langsung, tapi bagaimana ketika 10 atau 20 tahun kemudian kesehatan si konsumen mulai terganggu, apakah pelaku bisnis tetap akan bertanggung jawab?
Masih lekat pula di benak kita penggunaan bahan pengawet berbahaya yang disebut formalin pada pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut, serta ada juga pelaku bisnis yang membuat terasi dengan bahan-bahan yang sudah busuk dan tumbuh belatung.
Dari kasus-kasus tersebut, kita dapat melihat bagaimana seorang pelaku bisnis bersedia melakukan apa saja demi mendapatkan laba sebesar-besarnya.
Memang kita sama-sama mengakui, bahwa kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan yang maksimal untuk shareholders.
Hal ini mungkin menyebabkan pelaku bisnis menjadi terlalu fokus pada peningkatan kentungan sehingga mereka berpikiran pendek dan menghalalkan segala cara.
Ketatnya persaingan seringkali menjadi faktor pemicu diabaikannya etika dalam berbisnis oleh perusahaan.
Padahal, belakangan ini beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat adanya keterkaitan yang sinergis antara etika dan laba.
Menurut mereka, di era persaingan yang kian ketat ini, justru reputasi baik adalah suatu competitive advantage yang akan sulit ditiru oleh pesaing.
Doug Lennick dan Fred Kiel, penulis buku Moral Intelligence, berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh orang yang menerapkan standar etika dan moral tinggi telah terbukti lebih sukses dalam jangka panjang.
Miliuner Jon M Huntsman, dalam bukunya yang berjudul Winners Never Cheat, menyebutkan bahwa kunci utama kesuksesan ialah reputasi, pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain akan menjadi pemenang dalam bisnis.
Cara pandang lama yang menganggap bahwa etika dan bisnis berasal dari dua dunia yang berbeda harus mulai disingkirkan dalam benak kita.
Beretika dalam bisnis memang tidak akan memberi keuntungan yang bisa segera kita dapatkan, namun keuntungan tersebut akan menjadi lebih besar di masa depan dan akan mampu bertahan dalam jangka panjang.
Peran serta masyarakat terutama melalui pemerintah ataupun badan pengawasan, LSM, media, dan konsumen-konsumen kritis merupakan hal yang sangat dibutuhkan guna meningkatkan kesadaran dalam etika bisnis.
Sumber:
http://kadekpariandani.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-serta-aplikasi-etika-bisnis.html
Etika dari segi etimologi (asal kata) berasal dari kata latin “Ethicos” yang artinya kebiasaan. Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan yang dikatakan baik oleh masyarakat.
Selanjutnya, pengertian ini lambat laun menjadi berkembang. Etika kemudian diartikan sebagai suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia yang dapat dinilai baik dan mana yang tidak baik.
Menurut Sumaryono (1995) etika berasal dari istilah Yunani ethos yang berarti adab istiadat atau kebiasaan yang baik.
Baca juga: Memberdayakan Pelanggan Dalam Strategi Marketing Bisnis Anda
Etika kemudian berkembang menjadi studi mengenai kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang dapat berbeda-beda, menggambarkan perangai manusia dalam kehidupannya secara umum.
Selain itu, etika berkembang pula menjadi studi mengenai kebenaran atau ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
Berdasarkan perkembangan tersebut, etika bisa dibedakan lagi menjadi 2, yaitu etika moral dan etika perangai.
1. Etika Moral
Etika moral berhubungan dengan kebiasaan seseorang dalam berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh dari etika moral antara lain seperti berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain, menghormati orangtua dan guru, berlaku adil, dan lain-lain.
Kebebasan manusia dalam berkehendak mengarahkannya untuk melakukan perbuatan baik dan benar. Ketika pelanggaran etika moral dilakukan oleh manusia, berarti dia memang berkehendak melakukan kejahatan, dengan sendirinya ia sadar memang harus menerima hukuman.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, salah satu dasar hukum positif yang dibuat oleh penguasa juga bersumber dari nilai moral.
2. Etika Perangai
Etika perangai merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di suatu daerah tertentu, pada waktu tertentu pula.
Pengakuan dan pemberlakuan etika perangai tersebut disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian terhadap perilaku.
Contoh etika perangai antara lain seperti berbusana tradisional, pergaulan pemuda, adat pernikahan, upacara adat, dan lain-lain.
Pengertian Etika Bisnis
Secara sederhana, etika bisnis adalah sejumlah cara untuk melakukan kegiatan bisnis cakupannya ialah seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat.
Etika bisnis mengarahkan agar bisnis dijalankan secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu maupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis dalam sebuah perusahaan akan membentuk nilai, norma, dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, dan masyarakat.
Menurut Lozano (1996), etika bisnis adalah salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia bisnis.
Etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang secara khusus mempelajari pelaku bisnis dalam mengambil tindakan dalam menjalankan bisnisnya.
Dinyatakan oleh Epstein (1989) bahwa etika bisnis sebagai sebuah perspektif analisis etika di dalam bisnis yang menghasilkan sebuah proses dan sebuah kerangka kerja guna membatasi dan mengevaluasi berbagai tindakan individu, organisasi, juga terkadang seluruh masyarakat sosial.
Etika bisnis merupakan etika yang harus dimiliki seorang pelaku bisnis, baik ia adalah seorang pengusaha, manajer, karyawan, konsumen, maupun masyarakat.
Etika bisnis merupakan bagian dari produk pendidikan etika masa kecil, namun tetap dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Para pakar psikologi banyak yang berkeyakinan bahwa penanaman awal nilai-nilai moral, kedisiplinan, dan etika yang dilakukan pada masa kecil akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan persepsi atau hati nurani seseorang ketika ia telah beranjak dewasa (Faisal Afiff).
Lingkungan bisnis bisa saja merontokkan etika individu, begitu pula sebaliknya etika individu dapat mempengaruhi lingkungan bisnis, tergantung mana yang lebih dominan.
Etika bisnis pun menjadi kian disorot oleh masyarakat dan para pengamat, ketika terjadi krisis multi dimensional dalam beberapa tahun terakhir.
Tuntutan masyarakat akan tolak ukur etika jadi meningkat sehingga meningkatkan pula pengungkapan dan publikasi, kepedulian publik, regulasi pemerintah, serta kesadaran CEO terhadap etika dan profesionalisme bisnis.
Etika bisnis menjadi tuntutan harkat etis manusia dan tidak dapat ditunda hanya untuk membenarkan tindakan dan sikap tidak adil, tidak jujur maupun tidak bermoral.
Permasalahan dalam Penerapan Etika Bisnis
Terkadang ada sebuah pertanyaan yang senantiasa mengganggu benak kita, apakah etika dan bisnis adalah dua dunia yang berlainan?
Sering terjadi di sekitar kita ada perusahaan yang kurang memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaannya.
Bahkan, ketika dampak lingkungan tersebut sudah terjadi dan meluas, perusahaan tersebut malah terkesan lebih mementingkan penyelamatan aset-asetnya, ketimbang memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terlanjur terjadi.
Ada pula perusahaan yang menggunakan bahan-bahan berbahaya dalam produknya yang ketika diteliti ternyata mengandung zat yang dapat merusak kesehatan.
Meski pada akhirnya perusahaan tersebut melakukan permintaan maaf dan menarik semua produknya dari pasaran.
Tapi bagaimana dengan penanganan terhadap konsumen yang telah terlanjur memakai produk tersebut.
Mungkin sekarang ini si konsumen memang tidak merasakan dampaknya secara langsung, tapi bagaimana ketika 10 atau 20 tahun kemudian kesehatan si konsumen mulai terganggu, apakah pelaku bisnis tetap akan bertanggung jawab?
Masih lekat pula di benak kita penggunaan bahan pengawet berbahaya yang disebut formalin pada pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut, serta ada juga pelaku bisnis yang membuat terasi dengan bahan-bahan yang sudah busuk dan tumbuh belatung.
Dari kasus-kasus tersebut, kita dapat melihat bagaimana seorang pelaku bisnis bersedia melakukan apa saja demi mendapatkan laba sebesar-besarnya.
Memang kita sama-sama mengakui, bahwa kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan yang maksimal untuk shareholders.
Hal ini mungkin menyebabkan pelaku bisnis menjadi terlalu fokus pada peningkatan kentungan sehingga mereka berpikiran pendek dan menghalalkan segala cara.
Ketatnya persaingan seringkali menjadi faktor pemicu diabaikannya etika dalam berbisnis oleh perusahaan.
Padahal, belakangan ini beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat adanya keterkaitan yang sinergis antara etika dan laba.
Menurut mereka, di era persaingan yang kian ketat ini, justru reputasi baik adalah suatu competitive advantage yang akan sulit ditiru oleh pesaing.
Doug Lennick dan Fred Kiel, penulis buku Moral Intelligence, berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh orang yang menerapkan standar etika dan moral tinggi telah terbukti lebih sukses dalam jangka panjang.
Miliuner Jon M Huntsman, dalam bukunya yang berjudul Winners Never Cheat, menyebutkan bahwa kunci utama kesuksesan ialah reputasi, pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain akan menjadi pemenang dalam bisnis.
Cara pandang lama yang menganggap bahwa etika dan bisnis berasal dari dua dunia yang berbeda harus mulai disingkirkan dalam benak kita.
Beretika dalam bisnis memang tidak akan memberi keuntungan yang bisa segera kita dapatkan, namun keuntungan tersebut akan menjadi lebih besar di masa depan dan akan mampu bertahan dalam jangka panjang.
Peran serta masyarakat terutama melalui pemerintah ataupun badan pengawasan, LSM, media, dan konsumen-konsumen kritis merupakan hal yang sangat dibutuhkan guna meningkatkan kesadaran dalam etika bisnis.
Sumber:
http://kadekpariandani.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-serta-aplikasi-etika-bisnis.html
0 Response to "Pengertian Etika Bisnis dan Kendala Dalam Penerapannya"
Posting Komentar