Kelima Miliarder ini Memulai Karirnya sebagai Pengusaha dari Nol

Menjadi miliarder adalah dambaan dan impian hampir mayoritas orang di bumi ini. Namun, hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mampu mewujudkannya. Memang bukanlah hal yang mudah, apalagi bila anda memulainya benar-benar dari nol.

Untuk itulah, banyak mereka yang sukses menjadi miliarder dikarenakan mampu menggabungkan antara ambisi dan kreativitas serta ketekunan untuk bisa mewujudkan cita-cita mereka bukan hanya menjadi entrepreneur yang sukses melainkan seorang miliarder.

Posting berikut ini ialah tentang mereka orang-orang yang mungkin awalnya menganggap bahwa menjadi miliarder itu hanyalah sebuah mimpi.

Dibesarkan dari latar belakang sederhana, siapa yang menyangka kalau mereka saat ini telah dinobatkan menjadi bagian dari orang-orang terkaya di dunia.

Simak juga: Li Ka-Shing Miliuner Terkaya di Asia yang Berasal dari Hongkong

Agar bisa mencapai itu semua tentu saja banyak hal telah mereka korbankan, pantang menyerah, rela bekerja keras, dan tidak peduli perkataan orang-orang yang merendahkan, sehingga mereka bisa merealisasikan berbagai ide hebat dalam bisnisnya.


1. Oprah Winfrey

Kehidupan yang keras sejak usia muda tentu saja telah dialami oleh Oprah. Ia dibesarkan oleh ibunya yang hanya seorang janda dalam keadaan yang miskin di Mississippi pada era 50-an hingga 60-an.

Saat usia remaja bahkan ia pernah menjadi korban pemerkosaan, dan harus menerima kenyataan bahwa ia hamil di usianya yang masih remaja.

Tapi berbagai keadaan yang keras itu tidak membuatnya rendah diri dan mengucilkan kehidupannya dari orang-orang.

Oprah mendapat kesempatan untuk mempunyai acara TV sendiri pada usia 32 tahun, posisi tersebut dipegangnya selama 25 tahun.

Ia mendapat kesuksesan di tahun-tahun berikutnya dari bisnisnya di Harpo Productions dan Oprah Winfrey Network, dan diperkirakan kekayaannya saat ini mencapai US$ 2,9 miliar.


2. Howard Schultz

Schultz dibesarkan oleh ayahnya yang seorang supir truk, dan tinggal di perumahan kumuh di Brooklyn.

Di keluarganya, dialah orang pertama  yang bisa mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah. Saat ini siapa yang menyangka dirinya mampu menjadi CEO dari Starbucks.

Ia pernah menceritakan kisah hidupnya yang pernah bekerja sebagai bartender, menjual darah, dan bagaimana ia sempat sangat kesulitan untuk biaya kuliah sampai harus meminjam uang pada teman-temannya.

Kisahnya tersebut di ceritakan melalui bukunya yang berjudul “Pour Your Heart Into It: How Starbucks Built a Company One Cup at a Time”.

Selepas menjadi agen penjual peralatan dapur, dirinya bekerja di bagian marketing pada sebuah toko kecil bernama Starbucks.

Kemudian ia memiliki ide membuat bar espresso yang ternyata ditolak oleh atasannya, Schultz lalu membangun sendiri tokonya.

Dan setelah dua tahun kemudian atau tepatnya di tahun 1987, ia mampu membeli Starbucks dengan harga US$ 3,8 juta.

Kini Starbucks mampu mencapai penjualan senilai US$ 15 miliar per tahun. Kekayaan Schultz sendiri telah mencapai US$ 2,2 miliar.


3. Larry Ellison

Masa kanak-kanak Ellison dibesarkan dari keluarga imigran yang tinggal di selatan Chicago. Ayah angkatnya bahkan pernah menyebut Ellison “anak yang tak bisa diandalkan”.

Setelah ibu kandungnya meninggal dunia, ia memilih keluar dari University of Illinois tanpa mengikuti ujian di tahun keduanya.

Ellison sempat bekerja di sebuah perusahaan Startup hingga kemudian bersama rekannya ia menemukan Software Development Laboratories.

Kemudian ia dan temannya memutuskan untuk patungan dan mengumpulkan investasi mereka sebesar US$ 2.000.

Hingga pada 1983, mereka mengubah namanya menjadi Oracle Systems Corporation, yang diberi nama dari produk utamanya berupa database Oracle.

Kini, Ellison telah memiliki kekayaan berjumlah US$ 51,5 miliar. Bahkan di usianya yang kini menginjak kepala tujuh, belum ada tanda-tanda yang menunjukkan dirinya akan pensiun.


4. Jan Koum

Koum adalah seorang imigran yang datang dan menetap di Amerika Serikat. Ia bersama ibu dan neneknya migrasi ke Amerika Serikat di usianya yang 16 tahun.

Keluarga mereka tinggal di sebuah apartemen kecil dengan dua kamar di Mountain View, California. Ibu Koum bekerja sebagai pengasuh anak untuk menghidupi mereka, sedangkan Koum bekerja di pasar swalayan saat remaja.

Di luar jam kerjanya, ia menyempatkan diri untuk belajar Programming komputer, dan karena hal itulah yang membuat ia melanjutkan sekolahnya di San Jose State University ketika berusia 18 tahun.

Untuk membantunya bayar sekolah, dia bekerja sebagai tester keamanan hingga kemudian ia berhasil bekerja dan mendapat posisi di Yahoo pada tahun 1997.

Di awal 2009, ia bersama rekannya, Brian Acton meluncurkan aplikasi WhatsApp yang tersedia untuk ponsel dengan berbagai platform. Aplikasi tersebut lalu dibeli Facebook senilai US$ 19 miliar.


5. Jeff Bezos

Di pertanian milik kakeknya dekat Albuquerque, Bezos sudah bekerja keras sejak usia anak-anak. Ia banyak membantu kakeknya saat liburan dengan mengerjakan pengaturan pipa dan mem-vaksin hewan ternak.

Ketika remaja, ia mendapat pekerjaan musim panas di McDonald, hanya setahun saja sebelum ia menunjukkan bakat wirausaha dengan meluncurkan karyanya berupa perkemahan sains anak-anak dengan pungutan biaya US$ 600 per anak.

Pada 1986 Bezos berhasil lulus dari Princeton, tetapi kesuksesan hidup memang belum ia temukan sebelum ia memutuskan keluar dari pekerjaan bergengsinya dan mendirikan situs Amazon pada 1994.

Amazon memperoleh kepopuleran yang luar biasa pada awal 2000-an. Dan kekayaan yang dimiliki oleh Bezos berjumlah US$ 29,7 miliar.

Sumber:
http://www.kaskus.co.id/thread/55483d9ad89b09a7258b4568/?ref=homelanding&med=hot_thread

Subscribe to receive free email updates:

7 Responses to "Kelima Miliarder ini Memulai Karirnya sebagai Pengusaha dari Nol"

  1. Semoga kita bisa masuk daftar itu nanti gan :)

    BalasHapus
  2. Pasti butuh perjuangan yang keras ya bisa jadi milyader padahal awalnya bukan apa-apa. Keren dah. Semoga bisa ya

    BalasHapus
  3. bisa jadi inspirasi banyak orang

    BalasHapus
  4. keuletan dan kerja kerasnya bisa menjadi motivasi kita untuk tetap bersemangat dalam ber\kekerja dan berusaha.

    BalasHapus
  5. nah di Indonesia itu juga banyak, tapi kebanyakan dari cara yang ndablek juga makanya jarang eksis. :D

    BalasHapus