Waspadalah, Terhadap Sinyal-sinyal Kebangkrutan
Bagi setiap orang, cara mengartikan uang mungkin bisa berbeda-beda, tergantung dari persepsi anda tentang uang itu sendiri.
Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu, seperti bagaimana cara Anda dibesarkan, seberapa besar tingkat kebutuhan, sejauh mana tingkat pendidikan anda, dan masih banyak lagi faktor lainnya.
Tapi satu hal yang tentunya bisa kita sepakati, kenaikan harga BBM dan juga harga kebutuhan pokok akan dapat menyatukan persepsi masyarakat tentang uang. Setidaknya, kenaikan harga-harga akan dapat mendewasakan kita.
Simak juga: 5 Langkah Agar Menabung Semakin Mudah
Naiknya BBM juga tentu akan diiringi naiknya kebutuhan pokok, selain itu komoditas lainnya seperti ongkos transportasi, dan distribusi juga akan berangsur mengalami kenaikan.
Bila sudah begini, biasanya suku bunga pinjaman di bank pun akan ikut naik. Tak ubahnya seperti bonsai, akan ada banyak pemangkasan di sana-sini dari penghasilan kita setiap harinya. Bukan tak mungkin, kebangkrutan pun bisa anda derita dari adanya fenomena ini.
Ketika Jumlah Hutang Tidak Lagi Tercover dengan Aset Anda
Kemampuan seseorang atau sebuah keluarga dalam menjamin pembayaran pinjamannya sangat berkaitan erat dengan kondisi kebangkrutan yang akan terjadi.
Secara sederhana, kebangkrutan dapat diartikan ketika jumlah total kewajiban dan kebutuhan anda lebih besar daripada jumlah total kekayaan anda.
Akibatnya, jumlah kewajiban atau hutang anda sudah tidak lagi dapat tercover dengan jumlah harta yang anda miliki.
Gejala ini dapat dihitung dengan memakai ratio hutang dibandingkan harta atau debt to asset ratio. Semakin kecil angka ratio, maka akan menunjukkan bahwa tingkat coverage harta anda terhadap kewajiban hutang semakin baik.
Namun, jika angka ratio semakin besar, maka menunjukkan tingkat coverage harta anda terhadap hutang semakin lemah.
Jika angka ratio = 0, artinya tidak ada kewajiban hutang yang harus dicover oleh harta yang anda miliki.
Sementara jika angka ratio lebih besar dari > 1, maka menunjukkan jumlah hutang anda lebih besar dari harta, dalam kondisi demikian, seseorang atau sebuah keluarga dapat dikatakan bangkrut atau jatuh miskin.
Tapi ketika persepsi tentang uang mempunyai arti yang berbeda untuk setiap orang, maka demikian halnya dengan arti dari kemiskinan itu sendiri.
Pertanyaanya, benarkah kita bisa bangkrut akibat kenaikan harga-harga ini? Dan mengapa ratio hutang sebuah keluarga bisa lebih besar dari 1?
Bangkrut Sama Artinya dengan Miskin
Daya beli tentunya akan semakin menurun dikarenakan kenaikan harga barang-barang. Bila tingkat konsumsi sebuah keluarga ingin tetap dijaga seperti semula, atau dengan kata lain gaya hidup yang dijalankan tetap sama, maka pengeluaran terhadap gaya hidup tersebut pun akan juga bertambah besar.
Kondisi tersebut akan semakin parah apabila tidak ada peningkatan dalam pendapatan. Sehingga akan terjadi perebutan prioritas di antara pengeluaran-pengeluaran rumah tangga.
Kelancaran pembayaran cicilan hutang menjadi terancam, sebab alokasi dari penghasilan yang ada terpaksa lebih banyak digunakan untuk pengeluaran biaya hidup.
Lantas, naiknya suku bunga pinjaman di bank tentu akan menambah pula beban cicilan pembayaran hutang anda.
Akhirnya, pilihan sulit harus dihadapi oleh keluarga, antara membayar kewajiban hutang yang membengkak atau tetap menjaga tingkat konsumsi seperti semula.
Inflasi yang terjadi secara signifikan tentunya akan membuat hidup kita semakin terpuruk, terutama bagi kalangan warga kelas bawah seperti buruh dan petani.
Sebab, tingkat konsumsi yang bisa kita lakukan hanya sebatas menjaga kebutuhan hidup minimal agar terus dapat terpenuhi setiap harinya.
Bahkan, tak jarang banyak di antaranya justru mengambil pinjaman atau hutang guna memenuhi kebutuhan minimal tersebut. Bukankah, hal ini akan semakin menambah beban pengeluaran mereka setiap bulannya?
Faktanya, walau ada kenaikan upah sekalipun tidak akan cukup membuat kita bisa bertahan manakala harga-harga kebutuhan hidup terus mengalami kenaikan.
Kecuali jika kenaikan upah tersebut juga diiringi dengan kemampuan dalam mengelola penghasilan supaya cukup untuk digunakan dalam pemenuhan kebutuhan hidup anda bersama keluarga.
Artinya, pola hidup konsumtif harus segera dikesampingkan. Serta ditambah dengan usaha untuk mengalokasikan penghasilan kita dalam memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan, menabung dan pembayaran cicilan hutang.
Sinyal-sinyal Kebangkrutan
Untuk mendeteksi sinyal-sinyal kebangkrutan, sebenarnya bukanlah hal yang sulit. Anda tidak perlu menunggu kepayahan dulu dalam membayar cicilan hutang untuk mendeteksi sinyal kebangkrutan anda.
Perhatikan saja, apakah penghasilan anda selama ini masih membuat anda cukup nyaman dalam menabung tanpa kepayahan ketika membayar pengeluaran lainnya secara keseluruhan.
Bila kondisinya lebih buruk dari yang dijelaskan di atas, maka rasionalisasi anggaran rumah tangga benar-benar harus anda lakukan dengan segera.
Penghematan harus dilakukan secara menyeluruh sampai pada pemangkasan pos-pos pengeluaran untuk kebutuhan pokok agar langkah-langkah yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif.
Maka, berubahlah agar kesalahan besar tidak sampai terjadi dalam anggaran rumah tangga anda! Rasionalisasi anggaran sangat perlu untuk dilakukan untuk mencegah terjadinya kebangkrutan dalam keuangan anda dan keluarga.
Sebab, kita tidak akan dapat memperoleh hasil yang berbeda apabila terus saja berpikir dan melakukan hal yang sama terhadap uang.
Sumber:
http://kemandirianfinansial.blogspot.com/2015/01/bangkit-dari-kebangkrutan.html
Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu, seperti bagaimana cara Anda dibesarkan, seberapa besar tingkat kebutuhan, sejauh mana tingkat pendidikan anda, dan masih banyak lagi faktor lainnya.
Tapi satu hal yang tentunya bisa kita sepakati, kenaikan harga BBM dan juga harga kebutuhan pokok akan dapat menyatukan persepsi masyarakat tentang uang. Setidaknya, kenaikan harga-harga akan dapat mendewasakan kita.
Simak juga: 5 Langkah Agar Menabung Semakin Mudah
Naiknya BBM juga tentu akan diiringi naiknya kebutuhan pokok, selain itu komoditas lainnya seperti ongkos transportasi, dan distribusi juga akan berangsur mengalami kenaikan.
Bila sudah begini, biasanya suku bunga pinjaman di bank pun akan ikut naik. Tak ubahnya seperti bonsai, akan ada banyak pemangkasan di sana-sini dari penghasilan kita setiap harinya. Bukan tak mungkin, kebangkrutan pun bisa anda derita dari adanya fenomena ini.
Ketika Jumlah Hutang Tidak Lagi Tercover dengan Aset Anda
Kemampuan seseorang atau sebuah keluarga dalam menjamin pembayaran pinjamannya sangat berkaitan erat dengan kondisi kebangkrutan yang akan terjadi.
Secara sederhana, kebangkrutan dapat diartikan ketika jumlah total kewajiban dan kebutuhan anda lebih besar daripada jumlah total kekayaan anda.
Akibatnya, jumlah kewajiban atau hutang anda sudah tidak lagi dapat tercover dengan jumlah harta yang anda miliki.
Gejala ini dapat dihitung dengan memakai ratio hutang dibandingkan harta atau debt to asset ratio. Semakin kecil angka ratio, maka akan menunjukkan bahwa tingkat coverage harta anda terhadap kewajiban hutang semakin baik.
Namun, jika angka ratio semakin besar, maka menunjukkan tingkat coverage harta anda terhadap hutang semakin lemah.
Jika angka ratio = 0, artinya tidak ada kewajiban hutang yang harus dicover oleh harta yang anda miliki.
Sementara jika angka ratio lebih besar dari > 1, maka menunjukkan jumlah hutang anda lebih besar dari harta, dalam kondisi demikian, seseorang atau sebuah keluarga dapat dikatakan bangkrut atau jatuh miskin.
Tapi ketika persepsi tentang uang mempunyai arti yang berbeda untuk setiap orang, maka demikian halnya dengan arti dari kemiskinan itu sendiri.
Pertanyaanya, benarkah kita bisa bangkrut akibat kenaikan harga-harga ini? Dan mengapa ratio hutang sebuah keluarga bisa lebih besar dari 1?
Bangkrut Sama Artinya dengan Miskin
Daya beli tentunya akan semakin menurun dikarenakan kenaikan harga barang-barang. Bila tingkat konsumsi sebuah keluarga ingin tetap dijaga seperti semula, atau dengan kata lain gaya hidup yang dijalankan tetap sama, maka pengeluaran terhadap gaya hidup tersebut pun akan juga bertambah besar.
Kondisi tersebut akan semakin parah apabila tidak ada peningkatan dalam pendapatan. Sehingga akan terjadi perebutan prioritas di antara pengeluaran-pengeluaran rumah tangga.
Kelancaran pembayaran cicilan hutang menjadi terancam, sebab alokasi dari penghasilan yang ada terpaksa lebih banyak digunakan untuk pengeluaran biaya hidup.
Lantas, naiknya suku bunga pinjaman di bank tentu akan menambah pula beban cicilan pembayaran hutang anda.
Akhirnya, pilihan sulit harus dihadapi oleh keluarga, antara membayar kewajiban hutang yang membengkak atau tetap menjaga tingkat konsumsi seperti semula.
Inflasi yang terjadi secara signifikan tentunya akan membuat hidup kita semakin terpuruk, terutama bagi kalangan warga kelas bawah seperti buruh dan petani.
Sebab, tingkat konsumsi yang bisa kita lakukan hanya sebatas menjaga kebutuhan hidup minimal agar terus dapat terpenuhi setiap harinya.
Bahkan, tak jarang banyak di antaranya justru mengambil pinjaman atau hutang guna memenuhi kebutuhan minimal tersebut. Bukankah, hal ini akan semakin menambah beban pengeluaran mereka setiap bulannya?
Faktanya, walau ada kenaikan upah sekalipun tidak akan cukup membuat kita bisa bertahan manakala harga-harga kebutuhan hidup terus mengalami kenaikan.
Kecuali jika kenaikan upah tersebut juga diiringi dengan kemampuan dalam mengelola penghasilan supaya cukup untuk digunakan dalam pemenuhan kebutuhan hidup anda bersama keluarga.
Artinya, pola hidup konsumtif harus segera dikesampingkan. Serta ditambah dengan usaha untuk mengalokasikan penghasilan kita dalam memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan, menabung dan pembayaran cicilan hutang.
Sinyal-sinyal Kebangkrutan
Untuk mendeteksi sinyal-sinyal kebangkrutan, sebenarnya bukanlah hal yang sulit. Anda tidak perlu menunggu kepayahan dulu dalam membayar cicilan hutang untuk mendeteksi sinyal kebangkrutan anda.
Perhatikan saja, apakah penghasilan anda selama ini masih membuat anda cukup nyaman dalam menabung tanpa kepayahan ketika membayar pengeluaran lainnya secara keseluruhan.
Bila kondisinya lebih buruk dari yang dijelaskan di atas, maka rasionalisasi anggaran rumah tangga benar-benar harus anda lakukan dengan segera.
Penghematan harus dilakukan secara menyeluruh sampai pada pemangkasan pos-pos pengeluaran untuk kebutuhan pokok agar langkah-langkah yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif.
Maka, berubahlah agar kesalahan besar tidak sampai terjadi dalam anggaran rumah tangga anda! Rasionalisasi anggaran sangat perlu untuk dilakukan untuk mencegah terjadinya kebangkrutan dalam keuangan anda dan keluarga.
Sebab, kita tidak akan dapat memperoleh hasil yang berbeda apabila terus saja berpikir dan melakukan hal yang sama terhadap uang.
Sumber:
http://kemandirianfinansial.blogspot.com/2015/01/bangkit-dari-kebangkrutan.html
0 Response to "Waspadalah, Terhadap Sinyal-sinyal Kebangkrutan"
Posting Komentar